Lahar Dingin Rendam Jembatan

Rabu 19-02-2014,09:32 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

MALANG - Ancaman lahar dingin Gunung Kelud menjadi kenyataan. Hujan deras yang mengguyur kemarin (18/2) menciptakan arus lahar dingin dalam jumlah besar di aliran sungai sekitar Kelud. Salah satu yang terbesar terjadi di Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang. Sekitar pukul 16.30, arus lahar dingin dalam skala besar terjadi di pertemuan Sungai Sambong dan Sungai Cono. Aliran lahar dingin pada dua sungai yang bermuara ke Kali Konto tersebut membawa material pasir dan batu. Ada juga batang-batang pohon yang tumbang dan terseret arus. Lebar sungai yang sebelumnya hanya sekitar 30 meter bertambah menjadi sekitar 50 meter. Jembatan penghubung tertutup arus. Akibatnya, sejumlah relawan, anggota TNI, dan warga terjebak di Desa Pandansari. Jawa Pos Radar Malang (Radar Cirebon Group) melaporkan, akses masuk ke Desa Pandansari terputus. Listrik padam. Situasinya benar-benar sulit. Petugas berencana memasuki kawasan itu pagi ini. Petugas menjaga akses masuk agar tidak ada yang nekat ke Desa Pandansari. Masyarakat diminta tidak menyeberang atau melintas di kawasan tersebut. Sebab, hujan masih terus mengguyur. \"Jembatan tidak terlihat sama sekali. Entah putus atau tertimbun,\" kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Malang Bagyo Setiono. Arus lahar dingin mulai mereda satu jam kemudian. Saat itulah para relawan dan anggota TNI dari Kopassus bisa keluar dari Desa Pandansari. Dengan dipandu masyarakat, mereka bisa kembali ke pos kawasan rawan bencana (KRB) I di Bendungan Selorejo. Ada enam relawan yang berhasil kembali ke pos. Sementara itu, anggota Koppasus berjumlah 20 personel. Mereka berada di desa tersebut sejak pagi untuk membersihkan jalan. Sementara itu, warga yang bertahan sekitar 80 orang. Mereka menjaga ternak dan barang-barang miliknya. \"Jumlah yang ada di desa tersebut sekitar 100 orang. Semuanya aman. Karena sungai jauh dari permukiman penduduk,\" beber Bagyo. Jembatan yang menghubungkan desa itu belum terdeteksi, apakah terseret banjir atau tertimbun material. Jembatan berukuran 4 x 15 meter tersebut belum terlihat karena kondisi gelap. \"Tadi menyeberangnya dengan lampu penerangan dan berjalan kaki. Nanti kalau sudah terang, baru bisa terlihat,\" kata Bagyo. Aliran lahar dingin Kelud juga merusak lahan pertanian warga dan memutus akses Kediri-Malang. Berdasar pantauan Jawa Pos, hujan mengguyur wilayah Gunung Kelud sejak kemarin siang. Sementara itu, pada siang cuaca di wilayah lereng gunung masih terlihat cerah. Namun, pukul 16.17, mulai terlihat aliran lahar tersebut. Terutama di jalur lahar Desa Wonorejo, Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri. Aliran tersebut cukup deras dan membawa batu-batu besar. Aliran lahar itu bahkan memutus jalan yang menghubungkan Desa Wonorejo dan Desa Mangli, Kecamatan Puncu. Lahar tersebut bisa dibilang datang cukup cepat. Sebab, sampai pukul 15.00, sama sekali tidak tampak aliran lahar. Ketika itu, yang terlihat hanya aliran air bening yang tidak begitu deras. Aliran lahar dingin membuat warga panik. Kondisi di sekitar jalur lahar tersebut cukup mencekam. Dengan bersepeda motor, banyak warga yang berbondong-bondong mengungsi ke tempat yang lebih aman. Di beberapa tempat, polisi berjaga-jaga. Lampu rotator di mobil polisi juga dinyalakan. Mereka mengimbau warga segera berpindah ke tempat yang lebih aman. Suasana menjadi lebih mencekam karena listrik di kawasan itu mati. Meski demikian, sebagian warga yang mengalami banjir lahar ketika Kelud meletus pada 1990 cukup tenang. \"Sebab, yang biasanya terkena adalah daerah-daerah di bawah Puncu. Yang paling terdampak adalah Desa Asmoro Bangun, Lestari, dan Gadungan,\" kata Gunawan, warga Desa Wonorejo, Puncu, kemarin. Gara-gara aliran lahar tersebut, sejumlah tanah pertanian di kanan dan kiri Kali Konto di Kecamatan Kepung rusak. Belum ada pendataan luas lahan pertanian yang hancur gara-gara peristiwa tersebut. Untuk mengantisipasi datangnya aliran lahar tersebut, polisi menutup Jembatan Kandangan di Kecamatan Kandangan. Jembatan itu menjadi satu-satunya akses yang menghubungkan antara Malang dan Kediri. Menurut Wakapolres Kediri Kompol Alfian Nurrizal, debit air sungai sempat naik. Tak mau mengambil risiko, polisi akhirnya memutuskan menutup jembatan tersebut pada pukul 17.00. Banyak pengendara yang akan menuju Malang tertahan. Sekitar pukul 20.00, setelah aliran lahar sedikit menurun, polisi memutuskan membuka kembali jembatan itu. Aliran lahar tersebut merendam dua rumah dan satu musala yang lokasinya tidak jauh dari jembatan. Sebenarnya, sejak pagi, warga memprediksi terjadi banjir lahar tersebut. Warga Desa Gadungan memanfaatkan pasir letusan Kelud untuk membikin tanggul darurat. Pasir-pasir itu dimasukkan karung plastik dan ditata di depan rumah. \"Lahar Kelud itu biasanya tak mau melewati alirannya. Tapi, lahar memilih menerjang permukiman,\" kata Bandiono, warga setempat. Camat Kepung Haryono menuturkan, pihaknya memang mengerahkan banyak mobil untuk mengevakuasi pengungsi yang khawatir dengan aliran lahar tadi. Saat ini 48 titik pengungsian di wilayah Kepung memang sudah disesaki 18 ribu pengungsi. Sebagian di antara mereka memilih pulang dengan berbagai alasan. Salah satunya membersihkan rumah. \"Tapi, kalau kondisi seperti ini, tentu\"mereka balik lagi ke pengungsian,\" ungkapnya. Di Desa Damarwulan, Kecamatan Kepung, ada peningkatan jumlah pengungsi. Petugas di posko pengungsian sampai harus mendistribusikan 260 nasi bungkus. \"Peningkatan jumlah pengungsi terus kami pantau,\" ungkapnya. Kondisi Kelud sejatinya berangsur-angsur pulih. Hal itu membuat banyak warga yang kembali ke rumah masing-masing. Relawan yang berjaga di pengungsian Masjid An-Nur, Pare, mengaku sudah memulangkan pengungsi yang berasal dari Desa Satak, Puncu. Banjir lahar dingin terjadi bila wilayah gunung diguyur hujan deras. Banjir diperkirakan membawa material vulkanis yang masih tersimpan di kawasan gunung. Volumenya mencapai 50 juta meter kubik. (bb/git/c6/ca)\"

Tags :
Kategori :

Terkait