Kisah Putra Mahkota Kesultanan Cirebon Lahir di Liang Kubur, Ternyata Keturunan Majapahit
RADARCIREBON.COM - Kesultanan Cirebon adalah kerajaan bercorak Islam di Jawa Barat. Ajaran Islam masuk lewat Cirebon kemudian tersebar luas hingga ke pelosok tatar Sunda.
Kesultanan Cirebon dipimpin oleh seorang raja yang juga ulama besar, Syekh Syarief Hidayatullah, cucu Prabu Siliwangi.
Sebagai raja sekaligus ulama, Syekh Syarief Hidayataullah atau Sunan Gunung Jati memiliki peran penting dalam menyebarkan agama Islam di pulau Jawa bagian barat.
Beliau adalah raja sekaligus Waliyullah. Termasuk ke dalam Dewan Wali yang belakangan dikenal dengan sebutan Wali Sanga atau Wali Songo.
BACA JUGA:Pemilu Ulang di Indramayu, Prabowo-Gibran Unggul di Semua TPS
BACA JUGA:Pemungutan Suara Ulang di Indramayu, Tidak Ada Honor untuk KPPS
Sunan Gunung Jati menjabat Sultan di Cirebon sejak tahun 1482 sampai dengan tahun 1568. Kedudukannya kemudian digantikan oleh putra mahkota bernama Pangeran Muhammad Arifin atau Pangeran Pasarean.
Pangeran Muhammad Arifin adalah sosok yang istimewa. Ketika muda dia getol mempelajari agama Islam. Dia kemudian dipercaya sebagai Raja Muda.
Tugas sebagai Raja Muda diemban oleh Pangeran Muhammad Arifin ketika Sunan Gunung Jati sibuk berdakwah menyebarkan ajaran Islam.
Saat lahir, Pangeran Muhammad Arifin sudah menggegerkan. Konon, beliau lahir bersamaan dengan pemakaman ibunya, yakni Rara Tepasari.
BACA JUGA:Petugas KPPS Gangguan Jiwa Dirawat di RS Gunung Jati Cirebon, Marah-marah Tanpa Sebab
Rara Tepasari adalah istri Sunan Gunung Jati yang berdarah Majapahit. Pada tahun 1492 Masehi, Rara Tepasari mengandung.
Dilansir dari berbagai sumber, konon Rara Tepasari meninggal sebelum melahirkan bayi yang dikandungnya.
Sontak Sunan Gunung Jati pun bersedih. Selain kehilangan istri, Sang Susuhunan Jati pun kehilangan seorang calon putra.