TUNIS - Tunisia memulai tiga hari masa berkabung nasional untuk menghormati mereka yang tewas dalam kerusuhan politik penggulingan rezim Ben Ali. Setidaknya 78 orang tewas dalam serangkaian demonstrasi yang disebut-sebut sebagai revolusi sosial pertama di dunia Arab. Pemerintah interim menyatakan akan mengakui partai politik yang sebelumnya diblacklist oleh rezim Ben Ali. Selain itu pemberian amnesti kepada seluruh tahanan politik. Keputusan tersebut diumumkan setelah sidang pertama kabinet yang dihelat Kamis (20/1). Sejumlah menteri kabinet baru, awal pekan ini, menyatakan seluruh tahanan politik telah dibebaskan. Amnesty Internasional menyambut baik langkah tersebut. Namun kelompok perlindungan HAM tersebut menyatakan bahwa sejumlah tahanan politik yang mempunyai kaitan dengan partai Islam Ennahda, tetap berada dalam tahanan. Kabinet baru Tunisia menjanjikan pemilu yang jujur dan adil dalam enam bulan ke depan. Namun hingga saat ini belum mengumumkan hari H nya. Konstitusi menyatakan pemilu harus digelar dalam kurun waktu enam bulan. Terjadi demonstrasi sejak Kamis (20/1) hingga kemarin, Jumat (21/1) di dekat kantor Partai RCD. Sejumlah demonstrasi lainnya juga terjadi di Kota Gafsa dan Kef. Demonstran menuntut semua anggota RCD tidak dilibatkan dalam pemerintahan yang akan datang. Partai RCD sendiri telah membubarkan dewan pimpinan pusatnya sendiri. Mereka menyadari bahwa apapun dan siapapun yang masih terkait dengan Ben Ali, tak lagi populer di Tunisia. Dengan runtuhnya rezim diktator Ben Ali, kebebasan berbicara dan berpendapat juga mulai dirasakan. Media lokal telah mengutip berbagai pendapat kritis sejumlah tokoh politik dan perdebatan mengenai isu pemerintahan sudah tidak tabu lagi. Kartun-kartun politik sudah mulai muncul di sejumlah koran. Hal yang diharamkan selama lebih dari dua dekade terakhir. (cak)
Tunisia Berkabung Selama Tiga Hari
Sabtu 22-01-2011,07:11 WIB
Editor : Dedi Darmawan
Kategori :