Ketika ada penggeledahan, dirinya juga tidak tahu. Baru tahu ada kejadian sudah menjelang siang. Sebab itu, Wawan tidak tahu secara pasti apa yang dibawa dan dipertanyakan oleh pihak penyidik.
“Saat kejadian (penggeledahan), (saya) ada di desa. Sejauh ini tidak ada pemberitahuan lebih lanjut," ucapnya.
Dari data yang ada, Pegi Setiawan memang tercatat sebagai warga Desa Kepompongan dengan identitas orang tua laki-laki atau ayah bernama Rudi, sementara ibu atau orang tua perempuan bernama Kartini.
Sementara itu, Ketua RT 02 RW 02, Blok Simaja, Desa Kepompongan, Aries Lesmana menjelaskan, dirinya kurang mengenal yang bersangkutan meski rumahnya berdekatan.
Pasalnya, Pegi tidak pernah bergaul dengan tetangga maupun bergabung saat ada acara di kampung.
“Saya kurang mengenal, tidak suka nimbrung, gabung sama golongan kita. Kalau ada kematian juga tidak pernah ikut. Terakhir melihat Idul Fitri. Tapi setelah itu tidak tahu,” tuturnya.
Kemudian, Pegi Setiawan juga jarang terlihat ketika keluar masuk wilayah tersebut. Pasalnya dia lebih sering lewat jalur belakang, bukan depan. "Dia tuh nggak pernah lewat depan. Selalu dari belakang," katanya.
Warga hanya tahu bahwa Pegi dikenal sebagai buruh bangunan. Tetapi tidak tahu di mana.
BACA JUGA:Inilah Imbauan Kemenkes ke Masyarakat atas Munculnya Covid-19 Varian KP.1 dan KP.2 di Singapura
Terkait penggeledahan yang telah dilakukan, sebagai ketua RT dirinya ikut mendampingi.
Penyidik mengambil beberapa bukti yang menguatkan keberadaan Pegi. Misalnya dokumen.
Saat penggeledahan, polisi juga sempat bertanya kepada nenek dan kakek dari Pegi mengenai kesehariannya.