Usep, Modal Rp 200 ribu Keterbatasan Fisik Masuk Bidikmisi

Sabtu 01-03-2014,12:15 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

BERMODALKAN uang tabungannya sebesar Rp200.000, Usep Rohmat nekat mendaftarkan diri sebagai peserta Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada tahun 2011. Saat itu ia tidak berpikir bagaimana membiayai kuliahnya jika ternyata lulus SNMPTN. Ia pun tidak bercerita kepada orangtuanya mengenai pendaftaran itu. Karena ia tahu, sebagai buruh tani, orangtuanya takkan mampu membiayai kuliahnya. Ditambah lagi, Usep memiliki keterbatasan fisik atau disabilitas. Sebagai penyandang tuna daksa, Usep tidak memiliki kesempurnaan fisik. Kedua tangan dan salah satu kakinya tidak sempurna. Untuk berjalan pun ia tertatih-tatih. Namun kondisi itu tidak membuatnya minder atau menyurutkan semangatnya menuntut ilmu. Saat pengumuman SNMPTN tiba, Usep terkejut dengan kenyataan ia lulus di salah satu perguruan tinggi negeri yang dipilihnya. Padahal Usep mendaftar SNMPTN untuk jalur reguler, bukan jalur Bidikmisi. Saat itu ia tidak mengetahui informasi mengenai Bidikmisi. Sehingga ia bingung bagaimana membayar kuliahnya kelak. “Orang tua saya nangis waktu tau saya lulus SNMPTN. Mereka bingung mikirin biaya dari mana untuk kuliah saya,” tutur Usep di sela-sela acara Silaturahim Nasional Bidikmisi di Jakarta, (27/2). Saat mendaftar SNMPTN, Usep yang jurusan IPA di SMAnya mengambil pilihan Ilmu Pengetahuan Campuran (IPC) di SNMPTN. Tiga pilihannya saat itu adalah Ilmu Politik Universitas Indonesia (UI), Ilmu Ekonomi Syariah di Institut Pertanian Bogor (IPB), dan Ilmu Kesejahteraan Sosial di Universitas Padjadjaran (Unpad). Ia pun dinyatakan lulus di Unpad. Anak ke-4 dari 5 bersaudara itu pun akhirnya menjadi mahasiswa Unpad di tahun 2011. Karena tidak memiliki biaya untuk membayar uang kuliah, Unpad bersedia membiayai Usep di semester pertama. Lalu di semester kedua, Unpad memasukkan Usep ke dalam program Bidikmisi, hingga sekarang. Ditanya mengenai cita-cita, mahasiswa kelahiran Cianjur, 21 tahun lalu itu dengan tegas mengatakan ingin menjadi Bupati Cianjur. Ia ingin membangun tanah kelahirannya itu. “Karena saya lahir di Cianjur. Tapi sejak kecil sampai sekarang ini saya tidak melihat perubahan yang signifikan di Cianjur,” ujarnya. Baginya, keterbatasan fisik bukan suatu halangan dalam mencapai cita-cita dan beraktivitas. Usep yang memang menyukai politik ini pun aktif berorganisasi di kampus dan menjadi anggota kepanitiaan dalam berbagai kegiatan kemahasiswaan. Ia menjadi anggota Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unpad, dan panitia penerimaan mahasiswa baru Unpad. “Jika mereka yang fisiknya sempurna bisa, saya juga harus bisa,” tuturnya. Usep pun memiliki hobi yang biasanya hanya dimiliki mereka yang fisiknya normal; mendaki gunung. Gunung-gunung yang pernah dinaikinya antara lain Gunung Bromo, Gunung Manglayang dan Gunung Gede. Ia menuturkan, jika ada medan yang berbahaya saat pendakian, atau ia merasa kelelahan, teman-temannya akan membantunya dengan menggendong Usep. Usep juga memiliki prestasi akademik yang cemerlang. Sejak SD hingga SMA, penyuka pelajaran fisika dan kewarganegaraan ini selalu masuk peringkat 10 besar. Saat duduk di bangku kuliah pun nilai akademiknya bagus. Saat ini IPKnya 3,5. Metode belajarnya adalah dengan rajin membaca dan pintar membagi waktu. “Kalau waktunya belajar ya belajar. Waktunya bermain ya bermain. Atau waktunya berorganisasi ya berorganisasi,” katanya. Motivasi terkuatnya dalam menjalani hidup dan mencapai cita-cita adalah keinginannya untuk memperbaiki nasib keluarganya. “Saya tidak ingin seperti orangtua saya. Saya harus lebih baik dari mereka. Saya tidak mau memperburuk kondisi saya,” tekad Usep. (wb)

Tags :
Kategori :

Terkait