INDRAMAYU, RADARCIREBON.COM - Setiap musim tanam, keberadaan hama tikus masih menjadi musuh nomor satu bagi petani padi di Indramayu.
Kabupaten Indramayu, merupakan pemasok terbesar kebutuhan beras bagi Provinsi Jawa Barat maupun Indoneisa.
Namun begitu, hama tikus yang sulit dikendalikan, menjadi momok bagi petani padi tiap kali musim tanam hingga panen tiba.
Biasanya, serangan hama tikus menyerang tanaman padi yang berusia 15 hingga 30 hari sejak ditanam.
BACA JUGA:Seruan Boikot, Realisasi PBB Kota Cirebon Masih Rendah
BACA JUGA:Sedang Nyebrang, Pejalan Kaki Tertabrak Sepeda Motor di Samadikun
Untuk mengatasinya, petani bersama Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT), secara swadaya lakukan gerakan pengendalian (Gerdal) hama tikus.
Seperti halnya yang dilakukan para petani di Desa Plosokerep, Kecamatan Terisi, Kabupaten Indramayu.
Mereka secara bersama-sama, melakukan perburuan hama tikus secara terpadu di lahan pertanian seluas 30 hektare.
Petugas POPT Kecamatan Terisi, Tawin SP mengungkapkan, gerdal hama tikus menjadi kegiatan yang rutin dilakukan petani.
BACA JUGA:Bey Machmudin: Koperasi Miliki Peran Penting Lengkapi Ekosistem Usaha Rakyat
BACA JUGA:Justin Hubner Kesal, Cerezo Osaka Tidak Butuh Tenaganya
Apabila tidak dilakukan pengendalian secara terpadu dan rutin setiap musim tanam, sebut Tarwin, dapat merugikan petani padi.
"Jika tidak dikendalikan, perkembangbiakan tikus ini tergolong cepat, imbasnya bisa membuat petani gagal tanam dan gagal panen," kata Tarwin dikutip dari Radar Cirebon, Jumat 12 Juli 2024.
Mengingat, tikus adalah hama yang menjadi perhatian serius untuk dilakukan pengendalian agar tidak merusak tanaman padi milik petani.