BOGOR, RADARCIREBON.COM - BBWS Cimanuk-Cisanggarung (Cimancis) memasang booth dalam pameran riset dan inovasi terbesar di Indonesia yaitu InaRI Expo 2024. Bertempat di Gedung ICC, Kawasan Sains dan Teknologi Soekarno Cibinong, Bogor.
Di antara yang dipamerkan yaitu drone air seharga Rp190 juta yang digunakan untuk menyirami tanaman yang akan mati di lokasi yang sulit dijangkau.
Indonesia Research and Innovation Expo (InaRI Expo) menjadi panggung bagi periset, inovator, dan industri untuk mempresentasikan produk dan ide-ide baru kepada publik, pemangku kepentingan, dan industri.
InaRI Expo juga menjadi salah satu bentuk apresiasi bagi inovator dengan ide baru dan cemerlang. Dengan mengusung tema “Research and Innovation for Better Future,” bertujuan mendorong kolaborasi dalam inovasi, pertukaran teknologi, ide, dan pengalaman, serta menginisiasi proses komersialisasi produk riset dan inovasi.
BACA JUGA:Yamaha Rilis Warna dan Grafis Baru R15 Connected Series, Makin Sporty dan Racy
Kepala BBWS Cimancis Dwi Agus Kuncoro ST MM MT menuturkan, BBWS Cimancis ditugaskan oleh Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Dirjen SDA) untuk terlibat dalam pameran riset dan inovasi itu. Cimancis, satu-satunya wilayah sungai yang mewakili Kementerian PUPR.
Pameran itu, BBWS mengelompokkan 5 kategori sesuai dengan pengelolaan sumber air. Yaitu pilar konservasi, dengan penghematan biaya hingga Rp1 juta untuk setiap meter persegi.
"Memang shotcrete sekali jadi, tapi bioengineering kalau dipelihara sampai 3 tahun. Nah kalau membangun bendungan kan lebih dari 3 tahun. Jadi sambil kita memperkuat tebing, melihara tanaman, bendungannya jadi. Itu salah satu hal yang menjadi penting," ujar Dwi kepada Radar Cirebon, Kamis (8/8).
Kedua, bottom outlet untuk irigasi. Diharapkan tidak ada lagi permasalahan kelangkaan air akibat ada pengisian bendungan. Kemudian, pilar pendayagunaan sumber daya air. Inovasi yang didorong BBWS yaitu irigasi padi hemat air.
BACA JUGA:Bantu Warga Gaza Palestina, TNI Kirim 40 Tenaga Medis
"Jadi sekarang ini, air kan banyak dibutuhkan semua komponen. Bagaimana irigasi yang merupakan konsumsi air paling besar itu bisa hemat," jelasnya.
Selain itu juga ada permasalahan di irigasi sampah. Sepanjang pengolahan sampah di dalam pemerintah daerah belum memadai, kata Dwi, banyak masyarakat membuang di sungai atau saluran.
"Kita sebagai pengolah irigasi menyelesaikan itu, ada tiga titik yang kita lakukan pengolahan. Insya Allah tahun ini atau tahun depan nambah satu lagi titik," terang Dwi.
Pilar pengendalian daya rusak air, BBWS mengembangkan bioengineering atau rekayasa hayati untuk tebing sungai. Jika tebing sungai dengan pasangan batu, dibandingkan dengan tanaman, tebing dengan tinggi 2,5 meter, bisa hemat Rp1,25 juta per meternya.
BACA JUGA:Peringkat Medali Indonesia di Olimpiade Paris 2024 Melesat Naik, Salip Thailand dan Malaysia
"Selain itu, di tempat kami memberdayakan arboretum untuk melakukan persemaian tanaman-tanaman konservasi tebing sungai. Jadi ada efisiensi biayanya, kita tidak perlu lagi beli bibit tanaman, kita sudah punya sendiri dan untuk kepentingan kita. Jadi tanaman-tanaman tertentu yang kita bibit," beber Kabalai.
Keempat, pilar pemberdayaan masyarakat. Sejak 2018 hingga sekarang, BBWS Cimancis konsiste mengedukasi masyarakat tentang pentingnya melestarikan lingkungan sungai dan sumber air.
"Kelima, pilar sistem informasi sumber daya air. Kami sudah ada peta-peta digital online. Sebanyak 11 peta tematik, yang salah satunya adalah peta sepadan sungai untuk mengedukasi masyarakat mengenai daerah yang masih terpengaruhi potensi dinamika sungai," pungkas Dwi. (ade)