Kritis, Supir Elf Sempat Tanya Anak

Sabtu 29-01-2011,07:37 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

CIREBON – Ruslan, sopir Elf nopol B 2215 IZ yang tabrakan dengan truk gandengan di Jalan Raya Pantura Arjawinangun, Rabu (26/1), masih kritis di High Care Unit (HCU) RS Mitra Plumbon. Di rumah sakit, ia sudah ditemani keluarga yang datang dari Tegal. Menurut istri Ruslan,  Tuti (30),  sebetulnya kondisi suaminya lebih baik dari keadaan kemarin. Sempat menanyakan anaknya. Namum,  ketika ditanya peristiwa sebenarnya ia masih belum bisa menceritakan. “Sekarang sudah membaik, tapi kalau ditanya peristiwa kemarin, belum menjawab,” katanya.  Tuti menambahkan, akibat kecelakaan yang menewaskan 9 penumpang itu suaminya mengalami luka di bagian kepala dan patah tulang belakang. Sudah dua kali melakukan rontgen, yang pertama diketahui patah tulang belakang. Terus hari kedua sekitar jam 10 dilakukan lanjutan rontgen. Tapi, belum dapat diketahui hasilnya saat ditemui. Apa ada firasat sebelum kecelakaan? Tuti menjawab, saat berangkat suaminya sempat ragu-ragu. Meskipun dalam keadaan lemas, akhirnya tetap berangkat juga mengantarkan satu warga kompleks untuk bekerja di Jakarta. Hal ini memang sudah rutin dilakukan Ruslan, kalau ada panggilan untuk mengantarnya langsung disanggupi. Ruslan memiliki empat anak. Di antaranya Lisa Fitri (15), Wahyu (11), Fahmi (9), Baehaqi (3). Mobil yang menjadi tumpuan hidup keluargnya itu ternyata masih kredit. Tuti juga menyampaikan permintaan maaf dan mengharapkan doa kepada para korban atas musibah tersebut. Ketika hendak melihat kondisi Ruslan secara langsung, tim medis RS Mitra Plumbon belum mengizinkan, sebab Ruslan masih berada di ruang perawatan pasien ICU.  Di tempat itu juga dirawat kernet mobil truk  gandengan bernama Jumali dengan kondisi yang sama-sama kritis seperti Ruslan. RSUD Gunung Jati Sementara satu korban lagi dirawat di RSUD Gunung Jati Cirebon. Korban tersebut bernama Hasan Basri (45) asal Tegal dan menjalani perawatan intensif di ruang ICU. Hingga berita ini dituliskan, korban belum bisa diwawancarai. Tim medis yang menangani belum bisa memberi keterangan kepada koran ini. Hanya berhasil menemui dan mewancarai dua orang, yang merupakan keluarga korban, yakni Asih (35) istri korban dan Nasuha (47), kakak ipar korban. Menurut keduanya, Hasan sudah menjalani operasi, kemarin (27/1). Keduanya yang sedang bekerja di Jakarta, mengaku dapat informasi kondisi Hasan dan teman-temannya mengalami kecelakaan di Cirebon, dari keluarga yang berada di Tegal. Sementara keluarga yang berada di Tegal mendapat kabar dari Dul, salah satu korban yang akhirnya tewas. Sebelum menghembuskan nafas terakhir, Dul sempat menelepon keluarganya di Tegal. Jam 02.00 dini hari setelah ke­ja­dian, Asih mendapat kabar me­lalui telepon dari orang rumah di Te­gal, bahwa rombongan Hasan ke­ce­lakaan sekitar pukul 00.00 di Cirebon. “Pukul 03.00, dapat tele­pon lagi, suamimu meninggal, segera pulang,” kata Asih. Nasuha membenarkan berita bahwa, 13 korban tersebut semuanya dari Dusun Sageti, Kelurahan Dukuhbenda, Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal. Rencananya mereka mau bekerja di Jakarta. “Mereka ada yang bekerja sebagai tukang becak, supir bajaj, supir taksi, dan bangunan. Dan Sapuroh (korban yang tewas), akan menjadi pembantu rumah tangga,” terangnya. Keduanya berharap, seandainya korban sudah membaik, bisa dirujuk ke RSUD Tegal. Karena mereka kebingungan untuk berbuat banyak. Karena tidak ada keluarga lain maupun warga sekampung menjenguk untuk bertukar pikir. “Keluarga yang di rumah sudah menangis-nangis, ingin tahu kondisi korban. Tapi karena jarak dan ongkos, keluarga belum bisa ke Cirebon,” tutur Nasuha. Berbekal uang seadanya dan tanpa membawa identitas seperti KTP dari Jakarta, keduanya ke Cirebon mencari Hasan. Keduanya, datang ke Cirebon sekitar pukul 11.30 siang. Saat mencari Hasan di RSUD Arjawinangun, keduanya mendapat informasi korban sudah di rujuk di RSUD Gunung Jati. Setelah ke Cirebon dia mendapat masalah baru, saat Hasan harus dioperasi, dan membayar uang pangkal Rp3 juta, dan mengganti darah ke PMI sejumlah enam labu, keduanya kebingungan tidak bisa berbuat banyak. Beruntung dokter memberi kebijakan operasi tetap dilaksanakan. Sementara untuk mendapatkan darah, ada seseorang yang menolong bernama Ilun (49), warga Kesambi, Kota Cirebon. “Saya iba saja melihat keduanya terlihat bingung. Sebelumnya susah mendapatkan darah, karena tidak ada jaminan atau uang pengganti untuk biaya produksi darah. Kebetulan saya punya kenalan orang di PMI, saya bilang, saya siap jadi jaminanannya,” bebernya. Sehingga nyawa Hasan yang sedang kritis bisa tertolong. Asih mengaku gajinya setiap bulan sebagai pembantu rumah tangga di Jakarta, Rp550 ribu. Sementara Nasuha, sebagai supir bajaj, tidak memiliki penghasilan pasti. “Saya ke Cirebon harus nangis-nangis ke majikan untuk meminta gaji yang belum sebulan,” kata Asih. Kini Asih sudah tidak memegang uang sedikitpun. Sementara Nasuha, masih menyisakan uang Rp40 ribu. “Uang ini saya persiapkan untuk jaga-jaga,” ujar Nasuha, seraya memperlihatkan dompet yang dibawanya. Keduanya juga mengaku awam mengenai prosedur bagaimana caranya mendapatkan asuransi kecelakaan ke PT Jasa Raharja. Sehingga keduanya pasrah pada sang kuasa, berharap ada yang menolong terhadap ujian yang menimpa keluarganya. Dari keterangan keduanya, korban yang lainnya yakni Tahuli, Tolhah, sudah dirujuk ke RSUD Tegal. Sementara Ruslan supir elf, dirawat di RS Mitra Plumbon. BUKAN ANGKUTAN PENUMPANG Wakapolres Cirebon Kompol Subiantoro SIK melalui Kasat Lantas AKP Edwin SIK,  kemarin (28/1) mengaku  masih melakukan penyidikan terhadap kasus kecelakaan yang merenggut nyawa 9 penumpang itu.  “Kita baru  meminta keterangan dari supir truk gandengan Eko Prasetyo, dan seorang saksi mata warga,” jelasnya. Supir Elf, Ruslan sudah ditetapkan sebagai tersangka tapi belum bisa dimintai keterangan karena masih kritis di RS Mitra Plumbon. Polres Cirebon juga melakukan koordinasi dengan Dinas Perhu­bungan Kabupaten Cirebon tentang keja­dian kecelakaan dan kelayakan ken­daraan elf  dan truk gandengan.  Dari­ hasil pengecekan, medan jalan me­mang berlubang, khususnya di Jalan raya Arjawinangun-Susukan. “Supir kaget menghindari lubang dan ban mobil pecah hingga saat membentur median jalan. Mobil oleng dan nyeberangi median jalan hingga ditabrak truk gandengan dari arah Jakarta menuju Jawa Tengah,” ungkap Koordinator Penguji Kendaraan Bermotor Dinas Perhubungan Kabupaten Cirebon Eddy Suzendi SH Kepada Radar. Selain itu kata Eddy Suzendi dari hasil identifikasi ke lapangan, untuk kendaraan elf diketahui tidak memiliki tanda bukti lulus uji (berupa cat samping dan plat uji). ”Elf tidak memiliki bukti lulus uji, sedangkan kendaraan truk gandengan ada tanda uji tanggal 14 Juli 2011, hasil identifikasi dan pengecekan ini akan kita serahkan ke  Polres Cirebon,” tegasnya. (mul/hsn/ugi)

Tags :
Kategori :

Terkait