Belajar Sejarah lewat Benda Antik

Rabu 26-03-2014,12:17 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

Belajar sejarah tak harus dengan baca buku atau pergi ke museum. Ada cara lain yang ditawarkan, yakni dengan berkunjung ke toko barang antik. Selain bisa banyak bertanya di sana, jika tertarik kita juga dapat memiliki barang antik yang disukai. ================================ BERKUNJUNGLAH ke toko milik Yudi di Jl Kembar, Kota Cirebon. Berbagai macam barang antik ada di tokonya. “Semua berawal dari hobi. Kakak saya senang mengoleksi barang antik. Beliau juga punya banyak kenalan kolektor, sehingga muncul ide untuk menjadikan hobi ini peluang usaha,” cerita Yudi saat ditemui koran ini di tokonya, Senin (24/3). Barang antik yang dijual di sana bervariasi, mulai dari guci, patung, pakaian, jam, lampu, pajangan, hiasan dinding, tempat obat dinasti China, alat elektronik, keramik, buku, lukisan, uang, perlengkapan, senjata, dan masih banyak lagi barang antik yang berasal dari benda peninggalan tahun 1800-an hingga 1900-an. Sudah lebih dari 20 tahun Yudi dan kakaknya, Didi, menjual barang antik. \"Awalnya kakak saya jual di Bali. Lama di sana, sudah terkenal juga. Sekarang buka di Cirebon,\" ungkapnya. Ratusan koleksi barang antik tersedia. Tak hanya dari Cirebon, barang antik yang dijual oleh Yudi berasal dari berbagai daerah. Ada yang dari Jogjakarta, Papua, hingga China. \"Ada yang sengaja kami cari, ada juga yang dari kolektor,\" katanya. Yudi mengaku para pembeli selain berasal dari Kota Cirebon sendiri, banyak juga yang berasal dari luar kota. “Pembeli ada yang dari dalam kota, banyak juga yang dari luar kota. Bahkan pernah ada orang luar negeri yang mencari ke sini, dari Amerika, China,” akunya. Harga yang ditawarkan untuk bisa memiliki barang antik ini pun cukup fantastis. Mulai dari ratusan hingga puluhan juta rupiah. “Yang termurah ada koin lama, baik uang Indonesia atau pun yang luar negeri, misalnya satu koin Rp1 dihargai Rp150 ribu. Yang termahal di sini, ada keramik-keramik China yang berasal dari tahun 1900-an, saya jual lima juta. Tapi ada yang lebih mahal lagi, usianya lebih dari dua ratus tahun, banyak di rumah, harganya nyampe enam puluh juta,” bebernya. Menjual barang antik dilakoni Yudi tak sekadar hobi. Dari usahanya ini, Yudi bisa belajar sejarah dari barang-barang antik yang ada. \"Kita jadi tahu kriteria barang antik, yang usianya sudah lama, dari bentuk dan bahannya. Selain hobi, dapat uang, kita juga belajar sejarah,\" pungkasnya. (mike dwi setiawati)

Tags :
Kategori :

Terkait