Petani Bawang Terancam Bangkrut

Kamis 27-03-2014,13:59 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

*Terkena Imbas Impor, Ancam Segel Gudang BABAKAN- Kebijakan pemerintah membuka impor bawang Vietnam, membuat petani lokal terancam bangkrut. Pasalnya, harga bawang lokal mengalami penurunan drastis seiring banyaknya stok bawang yang membanjiri pasar. “Kami mengalami kerugian besar. Biasa operasional kami nyaris tidak tertutup dengan hasil panen,” ujar salah seorang petani bawang dari Desa Karangwangun, Kustari, kepada Radar, Kamis (26/3). Kustari mengungkapkan, pihaknya dengan petani lain sudah sepakat untuk melakukan aksi protes, termasuk ancaman menyegel gudang penyimpanan bawang impor. Petani, kata dia, sebenarnya tidak keberatan dengan harga bawang yang stabil dan terjangkau masyarakat, tetapi dengan adanya bawang impor harga bawang merah justru anjlok. Bahkan, per kilogram dari harga Rp15 ribu, sekarang hanya dijual Rp4 ribu. “Petani bawang sekarang bukan pingsan lagi mas, tapi sudah mati. Bayangkan saja harga bawang sudah benar-benar anjlok, jelas kita sangat mengalami kerugian yang sangat luar biasa,” katanya. Diungkapkannya, untuk satu hektare biaya yang dikeluarkan petani mencapai Rp130 juta. Biaya tersebut termasuk bibit, penanama dan perawatan. Tapi, biaya itu belum termasuk perawatan tambahan. Sementara untuk satu hektare lahan, paling banyak panen 15 ton atau paling tidak minimalnya delapan ton. “Coba kalikan sendiri, kita itu cuma dapat Rp35 juta dari hasil panen. Padahal, modal kita itu Rp130 juta. Ini sih balik modal saja tidak,” keluhnya. Diungkapkannya, rencana aksi penyegelan gudang bawang merah tidak hanya dilakukan di wilayah Kabupaten Cirebon saja, tetapi di seluruh Indonesia sebagai bentuk solidaritas. Bahkan, petani berencana melakukkan aksi menuntut Dewan Bawang Nasional (DBN) untuk mundur dari jabatannya, bila tidak mampu melindungi petani. Sementara itu, Ketua DPW Gerakan Petani Mandiri Jawa Barat, Abah Uyung meminta pemerintah ketat dalam menerapkan kebijakan impor. Menurutnya, pemerintah perlu memainkan strategi impor agar bisa menstabilkan harga, tetapi tetap melindungi petani bawang. “Petani itu minjam modal buat tanam bawang ke bank. Sekarang kalau mereka merugi, siapa yang mau tanggung jawab? Pemerintah jangan diam saja, mohon didengar aspirasi para petani bawang,” tegasnya. (den) FOTO: DENY HAMDANI/RADAR CIREBON MERUGI. Petani bawang menujukkan hasil panen yang akan dikirim ke Jakarta, kemarin. Petani bawang merugi karena kebijakan impor pemerintah.

Tags :
Kategori :

Terkait