Pengamat Curigai Konflik Internal PPP

Sabtu 26-04-2014,12:41 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

JAKARTA - Kisruh di internal PPP sejak dua minggu lalu ditenggarai hanyalah sandiwara politik semata. Hal itu harus dilakukan PPP agar bisa lepas dari “jeratan” Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo Subianto. “Terus terang saya curiga kisruh politik di PPP ini hanya langkah agar partai itu bisa melepaskan diri dari jeratan Prabowo Subianto,” tegas Dirut Eksekutif Indo Strategi Research and Consulting Andar Nubowo dalam diskusi “Peta Politik di Senayan Pasca Pileg 9 April” bersama peneliti LIPI, Ahmad Najib Burhani dam anggota DPD asal Lampung, Ahmad Jajuli di gedung DPD RI pada Jumat (25/4). Dijelaskan Andar, awalnya kedatangan Ketua Umum PPP Suryadharma Ali (SDA) ke acara kampanye akbar Partai Gerindra di Gelora Bung Karno Senayan pada hari Minggu 23 Maret 2014 lalu adalah salah satu langkah penyelamatan PPP kalau perolehan suara partai berlambang Kakbah dalam Pileg ternyata tak sampai 3,5 persen sesuai aturan Parliementary Threshold (PT). “Kalau hasil Pileg PPP tak sampai 3,5 persen maka rencana berkoalisinya PPP dengan Gerindra akan mulus. Karena itu SDA menghadiri kampanye Gerindra di Senayan. Dan sebelumnya pasti sudah ada pembicaraan-pembicaraan. Mereka (PPP) khawatir suara mereka dalam Pileg tak sampai 3,5 persen,” jelas Andar. Menurutnya, hal tersebut terjadi lantaran PPP dipengaruhi kondisi psikologis dari survei-survei yang menyebutkan PPP akan jatuh dalam Pemilu 2014 ini. “Sebagai partai yang akan selesai tahun ini membuat SDA dan beberapa elit partainya merapat ke Gerindra. Ini salah satu jalan keluar untuk menyelamatkan diri,” beber Andar lagi. Namun ketika hasil hitung cepat berbagai lembaga survei menyebutkan suara PPP mencapai 6,7 persen, maka PPP segera mencari cara agar membatalkan rencana koalisinya dengan Gerindra. Dilanjutkan Andar, para elit PPP tak menyangka suaranya sangat lumayan sekali dan bahkan lolos PT. “Mereka berpikir bahwa harus ada perundingan ulang atau bargaining position yang lebih baik, karena ternyata perolehan suara PPP di luar prediksi sebelumnya. Lantas dicarilah upaya untuk keluar dari jeratan prabowo tadi. Maka kemudian cara yang paling tepat adalah menciptakan rekayasa konflik seakan-akan ada kisruh politik di antara mereka. Dan faktanya dukungan PPP kepada Prabowo dibatalkan toh,” ungkap Andar yang juga dosen Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah ini. Memperkuat sinyalemennya, ketika persoalan internal partai dapat diselesaikan dalam waktu yang singkat bahkan oleh seorang figur di PPP yakni Ketua Majelis Syariah PPP KH Maimun Zubair, maka hal tersebut sangatlah mustahil. “Masak lagi panas-panasnya berkonflik selama dua minggu kemudian begitu saja konflik itu berhenti dengan islah dan membatalkan dukungan PPP ke Prabowo. Kan aneh sekali,” pungkas Andar. (ind/fdi)

Tags :
Kategori :

Terkait