Dimas Sudah Sering Dianiaya

Senin 28-04-2014,08:00 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

**7 Pelaku, 7 Korban Semua dari Medan MEDAN - Tujuh korban dan tujuh pelaku penganiayaan taruna mahasiswa Sekolah Tinggi IImu Pelayaran (STIP), Marunda, Cilincing, Jakarta Utara, sama-sama berasal dari Medan. Bahkan salah seorang pelaku, Angga (AG), tercatat sebagai Ketua Tim Mahasiswa Medan di STIP. \"Iya benar korban dan pelaku berasal dari daerah yang sama. Di sana (STIP), dilakukan pembinaan dari senior yang berasal dari satu daerah,\" ujar Kasat Reskrim Polres Jakarta Utara, AKB Daddy Hartadi, Minggu (27/4). Menurut Daddy, hasil pemeriksaan sementara yang hingga saat ini masih terus dilakukan terhadap para pelaku dan korban, belum bisa dibeberkan. Korban-korban penganiayaan selain Dimas, terdapat Marvin Jonatan, Sidik Permana, Deni Hutabarat, Fahrurozi Siregar, Arif Permana, serta Imanza Marpaung. \"Untuk alamat masing-masing pelaku dan tersangka saya tidak hafal. Tapi yang pasti, sampai saat ini kita sudah menetapkan tujuh tersangka, yakni Angga, Fachry, Andi, Satria, Widi, Dewa, dan Arief,\" katanya. Dari tujuh tersangka, Angga, Fachry dan Andi ditetapkan sebagai pelaku penganiayaan yang menyebabkan korban meninggal dunia. Sementara empat tersangka lainnya, Satria, Widi, Dewa, dan Arief, pelaku yang mengakibatkan luka berat belum dijadikan tersangka. \"Tindakan para pelaku kalau itu disebut pembinaan, saya kira itu pembinaan yang kebablasan,\" ujar Daddy. Karena itu, kepolisian harus memaksimalkan penyidikan dan akan menerapkan sangkaan berdasarkan hukum yang sesuai perbuatan tindak pidana para pelaku. Apalagi, aksi kekerasan terjadi di luar kampus dan dilakukan pada malam hari. \"Ini peristiwa kedua, adanya korban meninggal dunia dalam enam tahun terakhir. Sebelumnya, pada tahun 2008 juga pernah ada mahasiswa STIP yang tewas diduga dianiaya seniornya,\" kata Daddy. TUNTUT PELAKU DIHUKUM BERAT Rukita Arnayanti, ibu kandung Dimas Dikita Handoko (19), taruna Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Marunda, Jakarta yang tewas dianiaya seniornya, masih terlihat bersedih. Kematian putra sulungnya itu, membuat ibu beranak 3 ini sangat terpukul. Dia berharap pelaku yang membuat anaknya tewas dihukum seberat-beratnya. \"Apa yang dialami anak saya, Dimas semoga ini yang terakhir. Saya berharap kejadian seperti ini tidak lagi terulang di STIP,\" ujar Rukita saat ditemui di kediamannya di Jalan Cibadak Gang IX Kelurahan Belawan II Kecamatan Medan Belawan, Minggu (27/4) kemarin. Meski tahu pelaku penganiaya putranya hingga tewas telah ditahan polisi, Rukita mengaku menyerahkan proses hukum sepenuhnya kepada aparat penegak hukum. Begitupun, sebut dia, para pelaku yang menjadi penyebab tewasnya Dimas harus diberi hukuman yang setimpal. \"Intinya kami tidak mau berdamai, biarkan proses hukumnya berjalan. Dan saya minta pelaku diberi hukuman seberat-beratnya atau setimpal dengan perbuatannya,\" katanya didampingi Budi Handoko, suaminya. SUDAH SIAPKAN RENDANG Sebelum mendapat kabar Dimas tewas, Rukita yang memang sedang berada di Jakarta mendampingi suaminya bertugas, sempat berkomunikasi dengan putra pertamanya itu lewat sambungan selular. Dia menuturkan, komunikasi terakhir itu berlangsung, Jumat (25/4) malam. Dalam pembicaraan itu, Rukita menyebutkan akan membawakan rendang dan sepatu untuk Dimas jika bertemu malam itu. \"Cuma dia (Dimas, red) bilang bentar ya Mi, nanti jam 12 baru bisa ketemu. Ada perlu dengan senior ini. Setelah itu, handpone-nya dimatikan,\" sebut Rukita. Karena komunikasi antara ibu dan anak ini terputus, Rukita mencoba kembali menelepon ke nomor handpone Dimas, tapi tak kunjung diangkat. Bahkan, saat dia mengirimkan pesan singkat lewat SMS, tidak juga dibalas. \"Coba saya hubungi balik ke handpone-nya tapi tak diangkat, SMS pun tidak dibalas. Ada perasaan rindu sama Dimas malam itu. Tapi tak menyangka peristiwa ini bakal terjadi,\" ungkapnya sedih. Hingga menjelang tengah malam, Rukita tetap menunggu kabar dari putranya yang ingin menemuinya. Setelah ditunggu-tunggu, akhirnya telepon genggam istri dari pejabat Pelindo I Medan yang tengah menginap di Mall of Indonesia (MOI) bersama suaminya itu berdering. \"Yang menghubungi adalah polisi dan mengabarkan kejadiannya seperti ini. Malam itu, saya bingung dan bersama suami langsung menuju ke Mapolres Jakarta Utara,\" katanya. Di kantor polisi, Rukita dan Budi terkejut mendengar penuturan petugas. Bahkan, kedua orangtua Dimas itu, seperti tak percaya melihat jasad putranya yang sudah tak bernyawa di RSU Pelabuhan 2, Jakarta. \"Rasanya tak percaya, sepertinya saya tak bisa menerima begitu melihat jenazah Dimas,\" tambahnya. Sebelum kejadian Dimas tewas, orangtuanya pernah mendengar kabar tentang penganiayaan yang dialami putranya dari Raidah ibu angkat tempat korban kos. \"Pernah dengar soal itu, tapi dari ibu angkatnya. Dan ibu angkatnya dapat kabar dari Lana, pacarnya Dimas,\" timpal Budi Handoko, ayah, Dimas. Kabar penganiayaan itu juga sempat ditanyakan langsung kepada Dimas semasa hidup. Namun, pria lulusan SMA Negeri 3 Medan selalu berdalih dan mengatakan kalau itu sudah biasa karena memang merupakan bagian dari pendidikan. Sementara itu, Kadiv Humas Mabes Polri Irjenpol Ronny F Sompie mengatakan, bahwa kasus penganiayaan oleh mahasiswa senior tingkat 4 di STIP Jakarta saat ini masih tengah didalami oleh penyidik di Polres Jakarta Utara (Jakut). \"Penyidik Polres Jakut sedang melakukan penyidikan penyebab terjadinya kasus yang sedang dihungkap,\" kata Ronny kepada Jawa Pos kemarin (27/4). Ronny menuturkan, pihaknya membuka kemungkinan mengambil alih penanganan kasus tersebut. \"Saya masih harus bertanya kepada pihak Bareskrim Polri. Namun bareskrim telah memberikan back up sih, karena itu kasus yang menonjol,\" ungkapnya. Dia menjelaskan bahwa pengambilalihan penanganan kasus dari Polda ke Mabes Polri tidak bisa dilakukan sembarangan. \"Biasanya kasus-kasus transnasional, atau kasusnya itu di luar wilayah Polda atau memang dianggap layak untuk diambil alih oleh Mabes Polri,\" terangnya. (gir/deo/ded)

Tags :
Kategori :

Terkait