KUNINGAN - Sertifikasi guru dengan status guru profesional, baru sebatas label. Kritikan cukup pedas tersebut dilontarkan Rektor Universitas Kuningan (Uniku), Dr H Iskandar MM. Rektor 2 periode tersebut menuding hal itu akibat kurang adanya pengawasan dari atasan para guru. “Hasil penelitian banyak mahasiswa kami, guru sertifikasi dan guru belum sertifikasi bedanya tidak signifikan. Bank Dunia sendiri mengakui hal itu,” ungkap Iskandar, di sela pembagian 2.029 sertifikat pendidik SD/SMP/SMA/sederajat Rayon 110 Jawa Barat, di Student Center Kampus I Uniku, Senin (5/5). Ia mengingatkan, jika guru bersertifikasi adalah guru profesional. Kenapa pemerintah memberikan tunjangan guru dalam bentuk profesi, karena tujuannya berkaitan erat dengan profesionalisme. Di mana melalui tunjangan profesi, pemerintah ingin para guru memiliki kapasitas keilmuan yang terus meningkat. Contohnya, membeli apa pun yang bisa menunjang kualitas pengajarannya. “Itu filosofinya tunjangan profesi,” tegas Iskandar. Iskandar pun mempertanyakan terkait tujuan pemerintah tersebut, apakah sudah atau belum dilakukan oleh para guru. Menurutnya, atasan dari para guru itu mestinya memantau. Karena banyak fakta di lapangan, tunjangan profesi guru dari sertifikasi digunakan untuk membeli kebutuhan-kebutuhan keluarga hingga sampai kredit mobil. Iskandar menyebut, tahun 2014 ini Uniku yang ditunjuk UPI di rayon 110, akan membagikan 2.029 sertifikat guru. Jumlah itu, 1.255 guru dari Kuningan, 639 guru Majalengka, 62 guru Ciamis dan 73 guru Kota Banjar. “Pembagian dijadwalkan 2 hari. Sekarang semua dari Kuningan 1.255 guru. Sisanya besok (hari ini, red),” ujar dia. Uniku dipercaya sebagai lokasi pembagi, karena banyak dosen Uniku menjadi instruktur pelaksanaan PLPG di UPI Bandung. Untuk menjadi instruktur PLPG tidak mudah. Mereka harus memenuhi syarat yang diseleksi. Sehingga memiliki nomor induk assesor. Manfaatnya buat Uniku menjadi lokasi pembagian sertifikat guru, menurut Iskandar, hanya sebatas pelayanan dan amal saja. “Dari sisi promosi, paling mereka menjadi tahu keadaan kampus Uniku,” imbuhnya. Pantauan Radar, proses pembagian nyaris ricuh. Ribuan guru yang sudah datang sejak pagi pukul 7.00 WIB, langsung menyerbu pintu masuk Student Center. Praktis, petugas kewalahan. Beberapakali diingatkan untuk tertib menunggu panggilan, tapi para guru ngotot ingin masuk. Padahal panitia sudah memberikan tahapan pengambilan sertifikat dengan baik sesuai dengan tingkatan sekolahnya. (tat)
Guru Bersertifikat Belum Profesional
Selasa 06-05-2014,11:04 WIB
Editor : Dedi Darmawan
Kategori :