MAJALENGKA – Tahun 2014 merupakan tahun politik. Pemilu legislatif (pileg) telah digelar 9 April yang lalu, sementara pemilu presiden (pilpres) direncanakan 9 Juli mendatang. Seluruh pandangan mata, perhatian bahkan dana tersita untuk perhelatan pemilu ini. Yang cukup menarik untuk dibahas adalah adanya koalisi partai-partai tertentu untuk menghadapi pilpres. HTI Majalengka pun membahasnya dalam acara kegiatan Majelis Siyasiy bertemakan “Koalisi : Mengubur Idealisme Partai, Menghianati Suara Rakyat” di Masjid An Nur Kompleks Neglasari Majalengka, Minggu (25/5). Hadis sebagai pembicara Ustad Ica Ikhwanudin dan H Aa Fachrurrozi. Menurut Aa Fahrurozi, perilaku koalisi politik dalam rangka bagi-bagi kekuasaan dan jabatan saat ini sesungguhnya adalah fenomena yang tidak mengherankan bahkan pasti terjadi. Hal ini tidak lain karena arti politik dan aktivitas politik didasarkan pada sistem demokrasi sekuler yang menjadikan memperoleh kekuasaan politik dan duduk dalam jabatan pemerintahan sebagai tujuan. Demokrasi yang membutuhkan dana sangat besar, seperti pada pileg 2009 biaya yang dikeluarkan seluruh caleg sekitar Rp250 triliun. “Sangat wajar berujung pada bagi-bagi kekuasaan dan jabatan bahkan sekalipun dengan menghalalkan segala cara perilaku politik kapitalis demokrasi sekuler saat ini pada faktanya telah menghasilkan berbagai kerusakan yakni maraknya perilaku korupsi, dijualnya aset kekayaan rakyat kepada asing, kesengsaraan dan penderitaan rakyat serta dekadensi akhlak,” paparnya. Untuk semakin menguatkan opini tentang kerusakan sistem demokrasi dan pentingnya perjuangan penegakan sistem yang benar dan mensejahterakan yakni sistem Syariah dan Khilafah, setelah digelarnya Majelis Siyasiy bulan ini HTI akan menggelar acara Konferensi Islam dan Peradaban (KIP) 1435 H pada tanggal 1 Juni 2014 bertempat di Cirebon Convention Hall. (ara)
HTI: Koalisi Ciri Demokrasi Sekuler
Senin 26-05-2014,12:13 WIB
Editor : Dian Arief Setiawan
Kategori :