Kudeta Thailand Membawa Berkah

Rabu 28-05-2014,11:30 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

**Indonesia Bisa Rebut Investasi dan Pariwisata JAKARTA - Thailand selama ini menjadi kompetitor utama Indonesia dalam perebutan kue investasi dan turis mancanegara di Asia Tenggara. Karena itu, krisis politik yang kini membelit Negeri Gajah Putih itu justru membawa berkah bagi Indonesia. Ekonom yang juga Sekretaris Komite Ekonomi Nasional (KEN) Aviliani mengatakan, krisis politik Thailand memiliki dampak negatif dan positif bagi Indonesia. “Dampak negatif tidak akan besar karena Thailand bukan mitra dagang utama Indonesia. Sebaliknya, dampak positifnya potensial karena Indonesia bisa menarik investasi lebih banyak,” ujarnya saat dihubungi Jawa Pos tadi malam (28/5). Menurut Aviliani, dampak krisis geopolitik biasanya lebih terlihat melalui jalur pasar keuangan, baik di pasar modal maupun nilai tukar. Namun, sejak krisis Thailand memburuk, kinerja pasar modal dan nilai tukar rupiah tidak menunjukkan adanya tekanan. “Artinya, pasar keuangan kita sudah cukup kebal dari dampak krisis Thailand,” katanya. Senada dengan Aviliani, Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan, pemerintah terus memantau perkembangan krisis politik di Thailand. Namun, hingga pekan ini, dampaknya pada perekonomian Indonesia belum terasa. “Saya kira dampaknya ada, tapi relatif minimal, nggak signifikan lah,” ujarnya usai rapat di Gedung DPR Senin lalu (26/5). Menurut Chatib, dampak krisis Thailand bisa terjadi pada jalur perdagangan. Selama ini, Indonesia banyak mengimpor produk otomotif berupa mobil dari Thailand, serta beberapa produk pertanian. “Dengan kisruh politik ini, impor dari Thailand akan turun,” katanya. Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Sasmito Hadi Wibowo mengatakan, selama ini Indonesia mencatat defisit transaksi perdagangan dengan Thailand. Artinya, impor Indonesia dari Thailand lebih besar dari ekspor Indonesia ke Thailand. Pada Maret 2014, defisit neraca perdagangan Indonesia dengan Thailand tercatat sebesar USD371,9 juta, turun dibanding periode Feburari 2014 yang mencapai USD402,9 juta. “Impor dari Thailand memang turun karena produksi di sana turun gara-gara kisruh politik,” ucapnya. Karena itu, lanjut Hadi, dampak yang langsung terjadi akibat krisis Thailand adalah naiknya harga barang-barang impor dari Thailand, misalnya produk otomotif berupa mobil karena pasokan berkurang tapi permintaan dari Indonesia tetap tinggi. “Kita lihat harga mobil pada April naik, itu kebanyakan yang (impor) dari Thailand,” jelasnya. Sementara itu, pelaku usaha juga menilai krisis politik Thailand bisa menjadi keuntungan bagi Indonesia. Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Suryo Bambang Sulisto mengatakan, krisis politik yang berlarut-larut di Thailand mendorong sebagian pelaku usaha untuk memindahkan basis produksinya. “Investor ini bisa pindah ke Filipina, Vietnam, atau Indonesia,” ujarnya. Karena itu, lanjut dia, pemerintah harus memanfaatkan momentum ini untuk memperbaiki iklim investasi agar investor yang kabur dari Thailand mengalihkan pabriknya ke Indonesia. “Misalnya, perbaiki infrastruktur dan perizinan agar investor lebih memilih Indonesia,” katanya. Di sektor pariwisata, kudeta militer menyebabkan berbagai negara melarang warganya untuk berwisata ke Thailand. Hal itu, justru memberi efek yang positif bagi Indonesia, karena memiliki sangat banyak objek wisata yang menarik untuk dikunjungi. Indonesia yang merupakan salah satu negara tujuan wisatawan asing, mendapatkan limpahan turis yang membatalkan kunjungannya ke Thailand, khususnya pulau Bali. Namun, kunjungan wisatawan luar negeri ini belum signifikan dirasakan oleh Jogjakarta yang juga menjadi daerah tujuan wisata dunia. \"Ya, tentu dampaknya ada peningkatan. Namun, tak sesignifikan peningkatan kunjungan wisata ke Bali,\" kata Deddy Pranowo Eryono, Sekretaris Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY. Menurutnya, belum meningkatnya kunjungan wisatawan, khususnya wisatawan dari mancanegara ini semata-mata hanya terkendala dengan transportasi yang ada. \"Saat ini, penerbangan langsung baru melayani untuk tujuan Jogja-Kuala Lumpur dan Jogjakarta-Singapura. Wisatawan yang datang dari Jepang, Korea, Hongkong, Amerika, dan Eropa tiba di Indonesia melalui bandara di Cengkareng dan Ngurah Rai, Bali, dan selanjutnya baru meneruskan perjalanan ke Jogjakarta,\" bebernya. Lebih lanjut, Deddy mengatakan, dengan status Gunung Merapi yang kembali ke normal, diharapkan mampu menarik wisatawan mancanegara untuk melakukan kunjungan objek wisata lava tour yang dalam beberapa minggu tutup akibat status Gunung Merapi waspada. \"Wisatawan mancanegara sangat tertarik dengan lava tour sebagai salah satu tempat kunjungan wisata baru usai erupsi Merapi 2010 yang lalu,\" tuturnya. Sementara itu, Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Bali menyatakan bahwa kudeta militer yang terjadi di Thailand menguntungkan pariwisata di Bali karena situasi di negeri itu akan membuat sebagian besar wisatawan mengalihkan kunjungannya ke Pulau Dewata. \"Tentunya Bali akan mendapatkan limpahan wisatawan mancanegara yang mengurungkan niatnya berwisata ke Thailand,\" kata Ketua GIPI Bali, Ida Bagus Ngurah Wijaya, di Denpasar, Senin (26/5). Selama ini sejumlah destinasi wisata di negeri yang kini pemerintahannya diambil alih oleh militer tersebut, bersaing dengan Pulau Dewata, salah satunya wisata pantai. Ngurah Wijaya menjelaskan bahwa saat ini di Thailand juga terjadi \"low season\" atau pariwisata yang sedang sepi. Namun ia menyakini meskipun kudeta militer tersebut berpusat di Bangkok, ibu kota negara itu, namun hal tersebut tetap berpengaruh dan memberikan keuntungan tersendiri bagi kunjungan wisatawan mancanegara yang mengalihkan rutenya ke Bali. Ngurah mencontohkan wisatawan Tiongkok yang banyak berlibur ke Thailand dan Vietnam diharapkan sebagian besar bisa mengalihkan kunjungannya ke Pulau Dewata. \"Wisatawan Tiongkok sedang banyak-banyaknya berwisata ke Bali. Apalagi di Vietnam kini ada aksi anti-Tiongkok,\" ujar pelaku pariwisata itu. Namun Ngurah belum tahu berapa jumlah limpahan turis asing akibat kudeta militer tersebut karena hal itu baru bisa diketahui sekitar bulan Juni. \"Kita tentunya tidak mengharapkan terjadinya kekacauan keamanan di suatu negara. Tetapi kudeta militer itu ternyata memberi nilai bagi kunjungan wisman ke Bali,\" katanya. Seperti diberitakan, akibat kudeta militer di Thailand, sudah ada 45 negara di seluruh dunia mengeluarkan peringatan perjalanan atau \"travel warning\". Praktis hal tersebut dinilai akan mempengaruhi dunia pariwisata mengingat isu keamanan sangat rentan terhadap perkembangan destinasi wisata suatu negara. (owi/kim)

Tags :
Kategori :

Terkait