Bus Patas Naikkan Tarif Angkutan Lebaran

Jumat 25-07-2014,16:33 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

CIREBON - Perusahaan jasa angkutan Lebaran sudah menaikkan tarif bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP), terutama untuk kelas Patas (Cepat Terbatas). Rata-rata tarif bus patas dinaikkan Rp10.000 per jurusan. Sedangkan untuk tarif bus ekonomi masih normal, belum ada kenaikan tarif. Pengurus Perusahaan Otto Bus (PO) Coyo, Rusdi Triyadi mengatakan, kenaikan sudah berlaku sejak hari ini. Kenaikan tarif sudah menjadi hal biasa saat musim mudik Lebaran. Ia juga mengaku, pada musim mudik kali ini penumpang bus cenderung menurun. Hal ini menyebabkan perusahaan merasa rugi karena penumpang semakin sepi. Salah satunya penyebab lain dari sepinya penumpang ialah akibat putusnya jembatan Comal, di Pemalang. \"Dampak jembatan Comal putus memang penumpang bus semakin sepi. Jadi kami naikkan tarif, namun ini juga tidak menutup kerugian. Tetapi kami tetap berangkat walau penumpang sedikit, karena untuk menjaga imej perusahaan saja terhadap para penumpang,\" tuturnya kepada Radar, kemarin (24/7). Ia mengaku setiap kali pemberangkatan, bus hanya terisi kurang dari dua puluh penumpang. Selain itu, efek dari putusnya jembatan Comal juga membuat bus tidak bisa melayani penumpang untuk jurusan Semarang dan Surabaya. \"Penumpang yang ke arah Surabaya dan Semarang terpaksa tidak bisa dilayani, karena bus hanya bisa sampai ke terminal Pemalang,\" akunya. Menurutnya, jembatan Comal sendiri belum bisa dilalui oleh kendaraan besar, dan hanya bisa dilalui kendaraan kecil. Sehingga, para penumpang yang ke arah Semarang dan Surabaya, harus estafet menuju terminal Semarang dengan menggunakan mobil kecil. Meski demikian, banyak juga sopir bus yang tetap nekat mengantarkan penumpang jurusan Surabaya dan Semarang melalui jalur selatan, melewati Purwokerto dan Wonosobo. Hanya saja, pihaknya tidak melakukan itu, karena jarak tempuh yang terlalu jauh dan juga jalan yang relatif lebih kecil dan rusak. \"Jaraknya bisa lebih jauh 100 km. Di samping itu, jalan yang ke Wonosobo juga tidak layak dilalui bus, karena terlalu kecil,\" ungkapnya. Sebagai salah satu terminal transit dari Jakarta ke Jawa Timur maupun Jawa Tengah, terminal bus Harjamukti hanya melayani pemudik dari wilayah Cirebon dan sekitarnya. \"Kalau bus dari arah Jakarta ke Jawa Tengah mereka hanya transit saja, sedangkan untuk bus Jakarta-Cirebon, Jakarta- Kuningan kadang tidak menurunkan penumpang di terminal,\" kata Kasubbag TU Terminal Harjamukti, Zaenal Arifin. Hal ini, lajut dia, sulit untuk dilarang karena sudah menjadi kebiasaan. Disebutkannya, berdasarkan pengalaman tahun lalu, terminal Harjamukti tidak mengalami lonjakan penumpang signifikan saat arus mudik. Sebaliknya, lonjakan penumpang biasanya terjadi pada saat arus balik. Para penumpang banyak yang berangkat naik bus di terminal. BNN TES NARKOBA AWAK BUS Sementara, Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Cirebon melakukan tes narkoba kepada sejumlah awak bus, kemarin (24/7). Ketua BNN Kota Cirebon, Yayat Sosiana mengatakan, tes narkoba ini dilakukan sebagai bentuk kepedulian BNN terhadap keselamatan para penumpang dan awak bus selama mudik. \"Karena apabila sampai ditemukan memakai narkoba, itu jelas akan membahayakan bagi diri sendiri maupun penumpang,\" terangnya. Kegiatan tes narkoba sendiri baru pertama kali dilakukan oleh BNN tahun ini. Dikatakan dia, pihaknya bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kota Cirebon dalam menggelar tes narkoba tersebut. Dinkes sendiri sudah menyiapkan tes kesehatan seperti cek alkohol, cek tekanan darah, gula darah, lemak dan sebagainya. \"Bila memungkinkan kami akan lakukan tes narkoba hingga musim mudik ini berakhir,\" ucap Yayat. Sejauh ini, menurut pemeriksaan BNN, belum ada awak bus yang terindikasi sebagai pengguna narkoba. Apabila terdapat awak bus yang terindikasi sebagai pengguna narkoba, pihaknya akan memberikan rekomendasi kepada Dinas Perhubungan agar awak bus tidak mengemudikan kendaraan. Selain itu, kepada yang bersangkutan akan direkomendasikan untuk diperiksa lebih jauh ke Instalansi Penerima Wajib Lapor (IPWL) dalam hal ini RSUD Gunung Jati. Kegiatan tersebut diapresiasi Wali Kota Cirebon, Drs H Ano Sutrisno MM. Orang nomor satu di Kota Cirebon itu sempat memantau pemeriksaan tes urine di sela-sela aktivitasnya melakukan pemantauan posko mudik. Ano pun sempat bersyukur, karena saat dirinya melakukan pemantauan, belum didapati pengemudi yang positif sedang berada di bawah pengaruh obat atau alkohol. Kepala UPTD Terminal Harjamukti, Edi Kurniadi ST mengatakan, kegiatan tersebut sebagai bentuk kepedulian BNN dan pemerintah terhadap keselamatan, baik penumpang ataupun pengemudi. Dengan adanya pemeriksaan tersebut, diharapkan pemudik bisa melakukan perjalanan dengan aman dan nyaman. WASPADA PASARAN TEGALGUBUG Sementara, puncak arus mudik diperkirakan terjadi mulai H-3 atau Jumat (25/7) malam, seiring berakhirnya hari kerja di perusahaan swasta dan pegawai negeri sipil. Kendati demikian, peningkatan arus lalu lintas pemudik mulai terasa sejak, Kamis (24/7). Kapolres Cirebon Kabupaten Cirebon AKBP Irman Sugema SIK SH juga mengimbau anggotanya di lapangan untuk mewaspadai kemacetan di Pasar Tegalgubug, Kecamatan Arjawinangun. Sebab, ada hari pasaran yang bertepatan dengan puncak arus mudik. “Kami akan melakukan rekayasa lalu lintas di saat volume kendaraan roda empat sudah mulai memadati jalur tol. Kita akan berlakukan dua jalur untuk memasuki tol. Jalur kanan akan kami buka median jalan yang dialihkan melalui kontra flow,” ujar Irman. Irman menambahkan, rekayasa ini dilakukan bila volume kendaraan mengalami puncaknya. Sementara bila Pasar Tegalgubug mengalami kemacetan, pemudik akan diarahkan melalui jalur alternatif Desa Bunder-Jenun. “Puncak arus mudik kita perkirakan H-3 atau H-2. Nah itu berbarengan dengan hari pasaran di Pasar Tegalgubug. Namun untuk saat ini masih lancar, tidak mengakibakan kepadatan arus mudik,” jelasnya. Diungkapkannya, kepadatan biasanya mulai terasa siang hari. Sebab, pemudik biasanya berangkat dari Jakarta pagi atau subuh dan mulai tiba di Cirebon menjelang siang. Kepadatan puncak kendaraan terjadi mulai pukul 09.00 hingga 16.00 WIB. “Biasanya setelah itu sudah mulai turun. Nah, nanti setelah salat tarawih biasanya mulai naik lagi volume lalu lintasnya,” ucap dia. (jml/kmg/arn)

Tags :
Kategori :

Terkait