Menkumham Siapkan Distribusi Napi Narkoba

Senin 03-11-2014,09:00 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

Upaya untuk Menekan Overkapasitas JAKARTA – Persoalan overkapasitas lembaga pemasyarakatan (lapas) di Indonesia mulai dicarikan solusi oleh Menteri Hukum dan HAM yang baru Yasonna Hamonangan Laoly. Dia menyiapkan program distribusi napi khususnya untuk kasus narkoba. Yasonna mengatakan dari data Ditjen Pemasyarakatan, lapas dan rutan yang overload mayoritas karena kelebihan penghuni kasus narkoba. “Ada dua yang akan kami lakukan, yakni merumuskan kebijakan dan menindaklanjuti konsep rehabilitasi dan redistribusi napi,” jelas politii PDIP itu. “Kita akan data mana saja lapas yang kosong dan overload. Nanti yang masih bisa ditambah penghuninya akan kami tambahkan napi dari lapas yang overload,” ujarnya. Dia mengaku program redistribusi itu akan dilakukan secara random. Saat ini Kemenkumham masih akan menyiapkan anggaran untuk program tersebut. Yasonna setuju dengan konsep rehabilitasi, terutama itu dilakukan terhadap pengguna yang baru saja tertangkap dan dia sifatnya hanya coba-coba. “Yang seperti ini memang sangat perlu diselamatkan,” ungkapnya. Dia mengaku jikalau tidak semua daerah memiliki rehabilitasi, namun setidaknya pengguna jenis itu harus mendapatkan percepatan pembebasan bersyarat. “Saya konsen dengan masalah over croweding, saya juga telah rapat dengan Menkopolhukman terkait masalah ini,” ujar mantan anggota Badan Anggaran DPR itu. Menurut Yasona opsi penambahan rutan dalam masalah overkapasitas sangat sulit dilakukan. Pasalnya satu rutan bisa membutuhkan anggaran hingga ratusan miliar. “Pembangunan rutan itu harus memenuhi standar tertentu. Nah, padahal anggaran kita selama ini sangat terbatas,” paparnya. Menurut dia, dia Amerika Serikat persoalan overkapasitas pelaku narkoba juga terjadi. Namun Negeri Paman Sam itu menerapkan pembebasan bersyarat dengan aturan-aturan khusus. Yasonna juga mengaku akan berkoordinasi dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk memikirkan pendidikan warga binaan atau napi. “Saya ingin pembinaan yang dilakukan benar-benar kongkrit, misalnya membuka kelas perkuliahan di lapas,” ujarnya. (gun)

Tags :
Kategori :

Terkait