Buligir Day di Jakabaring

Jumat 07-11-2014,09:45 WIB
Reporter : rusdi
Editor : rusdi

BARANGKALI, tak ada sanksi di sepak bola yang lebih absurd dari yang biasa dijatuhkan Komisi Disiplin (Komdis) PSSI ke kelompok suporter: tidak boleh mengenakan atribut klub di dalam stadion. Betapa tidak, apakah dengan tidak mengenakan atribut lantas fans sebuah tim berkurang fanatismenya? Apakah dengan tidak mengenakan atribut otomatis suporter nakal lantas tidak berulah? Entahlah. Yang pasti, seperti terlihat di Palembang, skorsing Komdis berupa larangan mengenakan atribut itu sama sekali tidak mengurangi kegairahan Bobotoh, sebutan suporter Persib Bandung, untuk mendukung tim kesayangan. Hukuman itu malah memicu kreativitas baru yang sudah mereka pamerkan sejak semifinal melawan Arema Cronous, Selasa lalu (4/11): bertelanjang dada. Dan, di final hari ini, ribuan Bobotoh yang menyerbu Palembang dari berbagai penjuru akan kembali meneruskan “Buligir Day”. Buligir dalam bahasa Sunda berarti telanjang. Yang dimaksudkan adalah bertelanjang dada untuk para Bobotoh lelaki. Di semifinal, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil sampai turut mencopot kaus sebagai wujud solidaritas kepada Bobotoh. “Untuk informasi yang saya dapat, telah ada sekitar 100-an Bo­botoh yang menginap di hotel-hotel di sekitar sini. Ini belum ditambah dengan mereka yang me­mutuskan menginap di beberapa kantor sekretariat Bobo­toh di Palembang,” ung­kap Dirijen Viking, salah satu kelompok Bobotoh, Yana Umar ketika ditemui di Tune Hotel, Palembang, kemarin (6/11). Ribuan Bobotoh lain diprediksi akan tiba di Palembang hari ini, mayoritas dari Bandung dan kota-kota lain di Jawa Barat. “Masih ada sekitar 150 bus yang berkoordinasi dengan kami akan berangkat hari ini (kemarin). Itu belum ditambah 10 penerbangan yang juga mengangkut. Jadi, kalau dihitung secara kasar, akan ada sekitar 3.000 pendukung Persib yang siap mendukung di final nanti,” tegasnya. Pria kelahiran Bandung 35 tahun lalu itu menjelaskan, sejatinya tidak ada persiapan khusus menyambut final. Jadwal yang tidak menentu menjadi penyebab utama. “Dari PT LI (Liga Indonesia, operator Indonesia Super League, red) tidak jelas. Dulu, venue final akan digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK). Ternyata dipindah kemari,” tuturnya. Karena itu, Yana menyatakan bahwa mereka tidak sempat mempersiapan koreo baru yang selama ini mengundang decak kagum dan tawa karena kreativitas mereka. “Cuma, jika Persib akhirnya menjadi juara, kami akan mengadakan persiapan khusus di Bandung,” paparnya. (apu)

Tags :
Kategori :

Terkait