//sip dik
Bangunan yang Diduga Bungker di SMPN 1 Kuningan
KUNINGAN - Dalam dua hari ini, tim dari Balai Arkeologi Bandung, kembali meneliti bangunan bawah tanah yang diduga bungker di SMPN 1 Kuningan. Kesimpulannya, bangunan tersebut kemungkinan besar hanyalah septic tank sekolah HIS Belanda.
Sejak Selasa (18/10), sedikitnya 6 orang diterjunkan untuk meneliti bangunan itu. Lumpur yang memiliki ketebalan sekitar 50 cm tersebut diangkut dan dibersihkan. Termasuk lumpur yang berada di ruangan sebelah timur yang awalnya diduga terdapat terowongan penghubung ke kantor bupati.
Setelah semua lumpur dibersihkan, tampak tidak ada terowongan sama sekali. Yang ada hanya dua lubang ukuran kecil berdiameter sekitar 10 cm.
Saat Radar meninjau langsung ke bawah, bangunan itu terdapat tiga ruangan dengan tinggi yang sama 1,98 meter. Di antaranya, satu ruangan tengah paling luas dengan ukuran 3x2,25 meter. Kemudian, ruangan sebelah timur dengan ukuran 1,08x2,25 meter. Dan ruangan sebelah barat lebih sempit hanya 0,75x2,25 meter.
Antara ruangan satu dengan ruangan lainnya saling terhubung. Bedanya, jika lubang penghubung ruangan barat lebih sempit, sedangkan lubang ruangan timur lebih besar mirip terowongan. Di ruangan sebelah barat dan timur, terdapat lubang kecil, masing-masing dua lubang berdiameter 10 cm.
Dilihat dari kelupasannya, tembok dinding terbuat dari bata dengan pelapis yang tipis. Artinya, tembok ruangan tersebut bukan dibeton. Hanya bagian atasnya saja yang dibeton dengan ketebalan yang hanya 15 cm. Lantai ruangannya pun ditembok, namun tidak dibeton.
Menurut seorang petugas yang tengah mengukur, Hardi, bangunan tersebut tidak menggunakan semen abu zaman sekarang, tapi semen merah dicampur pasir dan kapur.
Ketua Tim Peneliti Balai Arkeologi Bandung, Octaviadi Abrianto, menyebutkan, awalnya ia berasumsi bahwa bangunan itu adalah reservoir (penampuang air) dari sumber mata air Cipada. Namun, setelah diteliti lebih lanjut dari konstruksi dan bukti yang dimiliki sekolah, asumsinya beralih ke septic tank.
”Yang perlu ditegaskan, ini bukan bungker (bangunan pertahanan, red) dan tidak ada terowongan. Karena yang namanya bungker itu beratap tebal antara 50 cm sampai 1 meter, sedangkan ini cuma 15 cm. Kemudian, asumsi kami ini adalah septic tank, bukan reservoir. Di Menado, juga konstruksinya seperti ini, hanya dindingnya lebih tebal sedikit,” jelasnya.
Maksud dibagi tiga ruangan, lanjut dia, di samping memiliki fungsi penyaring, juga penguat atap yang tipis. Secara logika, tampak bahwa bentuk ruangan menyerupai septic tank alias penampungan air kotor. Beda halnya dengan reservoir, dipastikan ada jalan masuk dan akses keluar air. ”Posisinya pun lebih rendah dari permukaan tanah. Kalau itu reservoir, bagaimana mau ngambil airnya. Seperti temuan di Indramayu, reservoir berposisi di atas permukaan tanah,” ungkapnya.
Saat proses pembersihan, pihaknya tidak menemukan benda lain selain lumpur. Puing-puing atau pun harta karun, kata dia, sama sekali tidak ditemukan. Hanya saja, di ruangan sebelah timur terdapat beberapa sampah plastik baru. Seperti sedotan plastik dan bungkusan makanan. ”Mungkin sampah dari saluran air luar masih mengalir ke sana. Tapi setelah kami cek, semua akses sudah ditimbun,” ujarnya.
Ditanya waktu pembuatan septic tank, Octavia memperkirakan sekitar 1918. Itu jika melihat bukti foto yang ada. Septic tank merupakan bagian dari bangunan sekolah HIS Belanda.
Terkait rekomendasi Balai Arkeologi kepada pemda, Octaviadi menyarankan agar dibiarkan seperti itu. Hanya saja, bagian atasnya ditutup supaya aman. Itu merupakan bukti fisik peninggalan sejarah yang sewaktu-waktu bisa ditunjukkan. (ded)