Kecam Tindakan Premanisme di Kampus

Kamis 04-12-2014,10:39 WIB
Reporter : Harry Hidayat
Editor : Harry Hidayat

Buntut Dua UKM Bersitegang, Aliansi Mahasiswa Demo Rektorat CIREBON – Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam aliansi mahasiswa peduli melakukan unjuk rasa di depan gedung rektorat Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon, Rabu (3/12). Aksi yang digelar sekitar pukul 11.30 WIB itu menuntut agar pihak rektorat mengeluarkan oknum anggota Mahasiswa Pecinta Kelestarian Alam (Mahapeka) yang telah melakukan tindak kekerasan pada mahasiswa prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), beberapa waktu lalu. Selain itu, mahasiswa juga menuntut agar rektorat bertindak tegas terhadap organisasi tersebut, karena belum usai melalui masa pembekuan, justru kembali berulah dengan melakukan tindak kekerasan. \"Belum selesai masa pembekuan, malah berulah dengan tindak kekerasan lagi,\" ujar kordinator lapangan, Masrur. Setelah melakukan orasi, mahasiswa masuk dengan menaburkan bunga ke seluruh ruangan rektorat. Hal itu bertujuan untuk bertemu dengan pihak kemahasiswaan. Namun, usaha tersebut sia-sia. Tak ada satupun pejabat kampus yang berada di kantor. “Ini adalah bukti rektorat mendukung adanya aksi premanisme. Kami kecewa,\" imbuh Masrur. Masrur menambahkan, kasus tersebut dalam penanganan pihak kepolisian. \"Kasus kekerasan melibatkan mahasiswa tidak boleh terulang. Harus ada sanksi untuk orang yang sudah berbuat premanisme dalam dunia pendidikan,\" tegasnya. Orator lainnya, Saefudin pun menyesalkan tindak kekerasan yang terjadi di dalam kampus. \"Kini kampus kita harus kembali tercoreng oleh ulah berandalan kampus,\" katanya. Saefudin beserta rekan-rekannya mengaku akan terus mengawal kasus tersebut hingga oknum tersebut mendapatkan sanksi tegas. \"Sanksi baik dari pihak kampus ataupun pihak berwajib. Agar aksi premanisme tak kembali lagi menimpa,\" pungkasnya. Sementara itu, salah satu pengurus Mahapeka IAIN Syekh Nurjati Abdul Roffi mengatakan, awal dari insiden tersebut adalah saat pertemuan yang dilaksanakan di ruang PAI berakhir buntu dan tanpa hasil. Saat perbincangan semakin memanas, salah satu anggota Himasos terlihat mengangkat kursi dan spontan karena khawatir dijadikan alat untuk melukai, akhirnya terjadi gesekan dan terjadi pemukulan. “Tapi itu upaya bela diri yang dilakukan saat yang bersangkutan tiba-tiba mengangkat kursi dan hendak melempar, kita siap dikonfrontir dengan yang bersangkutan,”ujarnya. Menurutnya, dalam pertemuan saat itu sedianya akan dibicarakan tentang kegiatan yang akan dilaksanakan Himasos. Menurutnya UKM Mahapeka yang sudah sedari awal mempelopori gerakan donor darah yang digelar rutin harusnya mendapatkan dukungan dari UKM lainnya, bukan malah membuat kegiatan yang menyamai ataupun sama dengan UKM lainnya. “Kegiatan yang difasilitasi oleh satu organisasi ya harusnya didukung, apalagi kegiatan ini tanpa pemberitahuan ke pihaknya baik itu melalui tembusan surat maupun secara pribadi,” imbuhnya. Ia pun saat itu hanya ada tujuh anggota UKM Mahapeka dan dari Himasos kurang lebih dengan jumlah yang sama. Saat itu pun ketika masuk ruangan anggotanya mengucapkan salam terlebih dahulu. “Dari mana ada istilah langsung masuk terus membanting kursi, kita ngucap salam dulu,”ungkapnya. (mik/dri)

Tags :
Kategori :

Terkait