Pipit Menantang Setrum Tegangan Tinggi

Selasa 25-10-2011,07:20 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

TANGERANG - Tegangan listrik yang terpasang di rumah-rumah besarnya 220 volt. Jika kesetrum, bisa tewas. Safitri alias Pipit berani memanjat tower listrik bertegangan 150 volt, dengan telanjang kaki dan tanpa bantuan alat pengaman. Gilanya lagi, di atas tower dengan ketinggian sekitar 50 meter, ia berjalan dan menari-nari di atas rangka besi tower. Perempuan berusia 9 tahun yang dikenal dengan sebutan spider kids ini, memanjat saluran udara tegangan ekstra tinggi (Sutet) di Jalan Merpati, Gang Murai RT 04 RW 03, Kelurahan Sawah, Kecamatan Ciputat, Kota Tangsel, Senin (24/10). Rosiawati (41) warga sekitar mengatakan, awal mulanya bocah tersebut tengah mencari bunglon yang menjadi mainan kesayangannya. Namun, tak lama kemudian, Pipit sudah bertengger di atas tiang sutet berketinggian sekitar 50 meter tersebut. “Saya tahunya karena anak-anak pulang sekolah berteriak melihat Pipit sudah ada di atas tiang sutet,” kata wanita yang juga tetangga Pipit itu, kepada Tangerang Ekspres (Grup Radar Cirebon). Mendengar teriakan anak-anak tersebut, Rosiawati pun beranjak dari duduknya. Maklum saja, ketika itu Rosiawati mengaku tengah mengobrol dengan tetangga di halaman warung tak jauh dari tiang sutet. “Pas saya lihat ternyata benar, Pipit ada di atas,” katanya. Dari plang yang tertera dalam tiang sutet tersebut, tegangan listrik sebesar 150.000 volt. Namun, diceritakan Yudi (45), warga sekitar, di atas tiang sutet Pipit tampaknya bermain ria. Sebab, di ketinggian 50 meter tersebut Pipit beraksi dengan berjalan di ujung tiang, duduk dengan mengayun-ayunkan kedua kaki. “Bahkan Pipit sempat duduk di atas kabel dengan tangan memegang bagian kabel, seperti orang main kuda-kudaan mengayun-ngayunkan kaki,” ucapnya menerangkan. Dan atraksi sang spider kids tersebut waktunya lumayan lama. Sekitar 2 jam. “Kira-kira jam sembilan tiga puluh naik, dan sebelasan baru turun, setelah ada polisi yang meniupkan peluit dan mengiming-imingi Pipit uang,” ujar Yadi. Benar saja. Begitu ada polisi menawarkan uang, Pipit segera turun. Satu per satu kakinya me­niti tiang besi tower. Begitu sam­pai di tanah, tak ada ekspresi takut dari raut wajahnya. Justru, ia senang mendapatkan uang dari anggota polisi, meski hanya Rp5.000. Setelah turun, Pipit ditanya beberapa wartawan. Dan waktu itu, Pipit menjawab bahwa aksi yang dilakukannya karena kesal dengan ulah orang tuanya. Yakni, tidak mau menemaninya mencari mainan berupa bunglon. “Aku lagi mencari bunglon di sawah, terus ditinggalin mamah, jadi akunya ngambek,” aku Pipit. Lalu, Pipit juga berkata seolah orang dewasa. Ia berpesan kepada wartawan, bahwa jika mempunyai anak harus dijaga. “Kalau jadi orang tua jangan begitu dong, harus mau menemani anaknya main. Terus kalau mau meninggalkan anaknya, bilang dulu,” ujar Pipit. Ini aksi paling berbahaya yang dilakukan Pipit. Sebelumnya, ia sudah lima kali memanjat tower seluler. (esa)

Tags :
Kategori :

Terkait