Gagal Panen Menghantui Petani di WTC

Senin 29-12-2014,09:00 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

ASTANAJAPURA- Kelangkaan pupuk di Kabupaten Cirebon khususnya di wilayah timur membuat para petani resah. Mereka khawatir padi yang sudah ditanamnya di awal musim penghujan terganggu pertumbuhannya dan menjadi faktor penyebab gagal panen. “Sudah dua bulan keadaan ini berlangsung. Petani yang punya uang terpaksa membeli pupuk nonsubsidi. Sementara petani yang tidak punya uang cuma pasrah saja,” ujar Ketua Serikat Petani Indonesia (SPI) Kabupaten Cirebon, Ahmad Zaeni, kepada Radar, Minggu (28/12). Zaeni menambahkan, harga pupuk subsidi dan nonsubsisi yang rentangnya terlalu jauh menyebabkan petani mengeluarkan modal hampir tiga kali lipat hanya untuk pupuk. Penambahan operasional ini terpaksa dilakukan karena mereka tidak ingin padi yang ditanam terganggu pertumbuhannya. Sebagai contoh, harga pupuk subsidi saat ini sekitar Rp70 ribu per kilogram. Sedangkan pupuk nonsubsidi bis mencapai Rp170 ribu per kilogram. “Mungkin saja petani nanti tetap bisa panen. Tetapi kalau caranya seperti ini, petani akan merugi karena penjualan hasil panen tidak menutupi ongkos produksi,” tandasnya. Di tempat terpisah, HMPCT (Himpunan Mahasiswa Pemuda Cirebon Timur) menduga ada penimbunan pupuk bersubsidi oleh pihak tertentu. HMPCT menuntut agar Pemerintah Kabupaten Cirebon untuk mengatasi kelangkaan pupuk yang meresahkan bagi para petani. Ketua HMPCT, Rizky Pratama mengatakan, bila terungkap ada penimbunan yang dilakukan distributor, diharapkan aparat hukum memberi tindakan tegas. Sebab, tindakan penimbunan ini merugikan banyak pihak. Rizky juga meminta bupati turun tangan dan membantu peta­ni dengan kebijakannya. Masa­lah kelangkaan pupuk ini memer­lukan solusi cepat. (den)

Tags :
Kategori :

Terkait