BERSAMAAN dengan dibawa turunnya granat dari Gua Walet Gunung Ciremai, berakhir pula waktu bertapa atau semedi yang dilakukan Krisna alias Kristianto (57). Warga Banjarsari Kabupaten Pangandaran tersebut termasuk sangat berani. Total, dia melakukan bertapa di gua yang dikenal angker itu selama 106 hari. “Iya sudah beres, nanti kalau ada penggilan lagi dari ‘pejaga’ Ciremai, saya akan kembali lagi. Sekarang saya mau istritaht di sini sebentar terus pulang, ingin ketemu sama istri dan anak,” ucap Krisna yang dikenal murah senyum kepada Radar, didampingi kordinator Lapangan Pos Pendakian Palutungan, Idin Abdini, kemarin (9/1). Krisna yang terlihat lelah itu meminta izin untuk istirahat. Sebab, dia harus melanjutkan perjalanan pulang menemui keluarganya. Para penjaga sendiri mempersilahkan karena mengatahui Krisna butuh istrihat. Menurut Idin, keberadaan Krisna sangat membantu dalam membersihkan kawasan gunung dari kotoran sampah. Setiap hari dia mengumpulkan sampah dan juga sering membantu para pendaki, terutama yang keseleo atau kekurangn air minum. Ditemukannya granat juga merupakan andil besar Krisna yang juga membersihkan Gua Walet. Pria berambut gondrong ini benar-benar mengabdi kepada alam untuk menjaga kelestarian alam. “Bukan hanya alam yang Pak Krisna jaga, namun satwanya pun diurus. Sebagai bukti tiap hari dia memberika makan babi di Ciremai,” jelas Idin. Sekadar mengingatkan, setelah ada laporan ada orang yang pertama di gua dari para pendaki, pihak BTNGC melakukan evakuasi, Jumat 31 September 2014 . Melalui pendekatan yang dilakukan oleh delapan petugas, pria tiga anak ini akhirnya mau juga turun. Total, dia berada di gua selama 39 hari. Evakuasi dilakukan selain melanggar karena tidak berizin, juga untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Sebab, Krisna sudah berada di Gua Walet selama 39 hari. Ditambah cuaca yang akhir-akhirnya ekstrim. Krisna sendiri adalah nama gunung, sedangkan nama berdasarkan KTP adalah Kristianto. Dia mengaku, tujuan naik ke gunung karena ada panggilan dari Eyang Wisnu Purbawisesa yang ngageugeuh Gunung Ciremai untuk melakuakan pertapaan. Dia merasa, pertapaan bukan untuk mencari barang gaib seperti keris atau batu ali, namun benar-benar berdzikir. Siang hari membantu pendaki dan menjaga Ciremai, malam harinya dia bersemedi. Saat itu, dia menyebutkan, tindakan yang dilakukannya merupakan bagian dari kewajiban hidup yang harus dilakukan. Sebelumnnya juga pada tahun 1983 dan 1984 melakukan hal yang sama. Pada saat itu genap masing-masing 40 hari. Mengenai alasan tidak mau dievakuasi pada Jumat pekan lalu (September) karena memang belum saatnya untuk turun. Hari Jumat mau turun karena memang sudah memasuki hari ke-39 dan oleh Eyang diperbolehkan untuk turun. Selama 39 hari, kata dia, tidak selamanya bertapa karena dilakukan dari mulai malam hari hingga menjelang shubuh. Pada siang hari dia melakukan aktifitas dengan membantu para pendaki menyediakan air dari sela-sela bebatuan dan juga menolong yang keseleo. Krisna juga membuat gubuk dari plastic, sisa sampah para pendaki dengan panjang tiga meter dan luas 1,60 meter persegi. Gubuk itu digunakan untuk berteduh pada siang hari. Mengenai perbekalan makanan, pria yang sudah bersemedi puluhan kali di gunung seperti di Sumatera, Jawa dan Bali ini mengaku, membawa perbekalan berupa tepung terigu 3 kilogram. Itu juga baru dimakan sedikit karena selama 39 hari banyak diberi oleh para pendaki. Sementara itu, usia dievakuasi dan diurus perizinan bertapa, ternyata diluar sepengetahuan petugas Krisna melanjutkan waktu pertama. Dia kembali naik ke gunung karena izin tidak kunjung diberikan oleh pihak BTNGC. Pada saat itu pihak BTNGC mengira Krisna pulang, padahal dia melanjutkan bertapa dan baru selesai tanggal 9 Januari. (mus)
Bertapa 106 Hari, Akhirnya Krisna Pulang
Sabtu 10-01-2015,09:00 WIB
Editor : Harry Hidayat
Kategori :