Perbaikan Kelep Saluran Air di Desa Cilengkrang Ditinggalkan Pelaksana Proyek
CILEDUG - Memasuki musim hujan, masyarakat dihantui bencana banjir, terutama mereka yang tinggal di bantaran sungai besar seperti sungai Cisanggarung.
Setiap tahunnya, belasan desa dari 4 kecamatan, yakni Pasaleman, Ciledug, Pabedilan dan Losari selalu menjadi langganan banjir karena luapan air sungai yang membelah Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah ini.
Kuwu Desa Ciledug Wetan, Kuswara mengatakan, ada 2 blok yang biasanya menjadi langganan banjir yakni Blok Palabuan dan Cihoe. Dua blok yang berbatasan langsung dengan Desa Cilengkrang, Kecamatan Pasaleman pada tahun ini kembali berpotensi diterjang banjir. Hal ini dikarenakan perbaikan kelep dan tanggul tidak sesuai dengan harapan masyarakat.
“Perbaikan kelep saluran air pembangunannya belum selesai, namun sudah ditinggalkan begitu saja oleh pelaksana proyek. Begitu juga dengan perbaikan tanggul di Blok Cihoe yang kedalaman tanggul tidak berbanding lurus dengan kedalaman sungai, sehingga kami mengkhawatirkan jika arus air datang lagi dengan deras, tanggul akan amblas lagi,” paparnya, kemarin (3/11).
Padahal, lanjut dia, anggaran yang digunakan untuk memperbaiki tanggul tersebut sekitar Rp800 juta. Tapi, apabila melihat hasil perbaikannya jauh dari harapan masyarakat. Seperti halnya pengurugan jalan tidak merata, sehingga di tengah-tengah masih terdapat cekungan kira-kira sedalam 30 cm. “Jika terkena hujan, cekungan itu bisa jadi genangan air, jalan akan lebak dan akan sulit dilewati,” imbuh Kuswara.
Tak hanya kawasan bantaran sungai Cisanggarung saja yang tiap tahunnya berpotensi banjir. Bantaran sungai Kalijaga dan Kalimundu yang berada di perbatasan Kota Cirebon juga berpotensi banjir. Biasanya, banjir tersebut menerjang desa Mundupesisir, Mundupesigit dan Suci. Namun, Pemdes setempat sudah mengambil langkah antisipasi terjadinya banjir.
Kuwu Desa Mundupesisir, Kecamatan Mundu, Agus Kholiq kepada Radar mengatakan jauh-jauh hari warga sudah melakukan kerja bakti dengan membersihkan saluran air yang mengelilingi lingkungan mereka agar tidak ada lagi saluran air yang tersumbat, sehingga ketika air hujan turun dengan lebat, air tersebut langsung terserap ke dalam saluran itu dan langsung mengalir ke sungai Kalimundu. “Warga RW 01, 07, dan 08 yang biasa langganan banjir sudah berikhtiar mencegah banjir dengan membersihkan saluran pembuangan air dari sampah-sampah yang bisa berpotensi menghambat laju air hujan,” katanya.
Kemudian, dalam beberapa hari mendatang akan ada pengerukan sungai Kalimundu oleh Dinas PSDAP Kabupaten Cirebon sebagai langkah penanggulangan banjir yang diakibatkan sedimentasi sungai tersebut. Sebab, selama ini yang menjadi faktor meluapnya air sungai Kalimundu dan Kalijaga adalah pendangkalan sungai khususnya di wilayah muara sungai. “Air yang berasal dari wilayah hulu, tak bisa terbuang ke laut karena di sekitar muaranya dangkal, sehingga air menggenang. Karena volumenya terus bertambah, akhirnya meluap ke pemukiman warga,” imbuhnya.
Harapan agar sungai Kalimundu untuk segera dikeruk juga disampaikan Kuwu Mundumesigit, Kecamatan Mundu, Raden Udin. Secara singkat dia mengungkapkan bahwa secapatnya sungai Kalimundu hingga sungai Sidaon dikeruk karena kondisinya amat dangkal. Jika hujan lebat turun dipastikan akan meluap ke pemukiman warga. “Kami mohon secepatnya dikeruk karena sudah mendesak,” ungkapnya. (jun)