KUNINGAN - Lama tidak terdengar kabar mengenai kelanjutan eksplorasi geothermal di Gunung Ciremai. Tiba-tiba, Dirjen Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Rida Mulyana menyebut bahwa PT Chevron Indonesia yang merupakan pemenang lelang mengundurkan dari proyek tersebut. Alasan perusahaan Amerika mundur itu karena faktor potensi panas bumi di tiga titik di Ciremai ada di bawah 250 derajat Celcius. Kemudian, banyak penolakan dari warga sekitar juga menjadi factor utama, selain belum turunnya izin eksplorasi. Informasi mundurnya Chevron langsung menyebar melalui broadcast BlackBerry Messenger (BBM). Pernyataan dirjen tersebut diutarakan pada tanggal 21 Januari lalu. Kadis SDAP (Sumber Daya Alam dan Pertambangan) Kuningan, Drs H Amirudin ketika dikonfirmasi mengaku belum mengetahui informasi mundurnya Chevron. Dia sendiri sudah dua hari ini menanyakan masalah itu, tapi belum mendapat jawaban dari pihak provinsi. “Saya belum mengetahui pasti mengenai informasi itu karena belum ada informasi tertulis. Jadi, saya belum bisa berkomentar,” ucapnya kepada Radar, Minggu (25/1). Ketika ditanya seandainya proyek geothermal gagal, Amir menyebut, dana Rp650 juta yang digunakan untuk sosialisasi kepada masyarakat tidak mubazir. Menurutnya, sosialisasi Chevron pasti ada bermanfaat. Salah satunya adalah, masyarakat lebih mengetahui mengenai energi panas bumi. “Sekali lagi saya tidak mau berkomentar sebelum ada kepastian karena takut terjadi kesalahan,” ucapnya. Sementara itu, salah seorang aktivitas lingkungan, Nining Hana mengaku gembira dengan mundurnya Chevron. Bukan hanya dirinya, namun semua warga Kuningan, Majalengkan dan Cirebon menyambut dengan sukaria. “Saya mengetahui pertama kali dari media dan langsung menginformasikan kepada teman-teman melalui BBM. Meski saya gembira, saya tetap kecewa karena Pak Menteri ESDM (Sudirman Said, red) menyatakan Ciremai akan dilelang kembali. Itu karena dampaknya ssangat merugikan,” ucap perempuan berambut panjang itu. Dikatakannya, dari masuknya Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) saja, sudah mengusir warga lereng Ciremai. “Lalu bagaimana dengan adanya panas bumi?” kritiknya. Menurutnya, Menteri ESDM harus lebih cerdas karena sumber energi bukan hanya panas bumi. Masih banyak cara lain yang bisa dilakukan dan lebih ramah lingkungan. Contohnya adalah energi matahari, angin, gelombang laut, belut listrik, kaliandra, dan air. “Harusnya Pak Menteri itu kretif karena alam Indonesia kaya. Galilah potensi anak-anak bangsa dan pergunakan yang tak menimbulkan dampak dan reaksi di masyarakat. Saya meragukan kinerja Pak Sudirman Said sebagai menteri. Lebih baik mundur saja bila tak punya kreatifitas kerja yang baik dan tak berpihak kepada masyarakat. Sekali lagi tolak panas bumi Ciremai, Save Ciremai, Ciremai hanya untuk rakyat,” tegasnya. Sekadar mengingatkan, luas wilayah kerja pertambangan (WKP) panas bumi yang berhasil dilelang mencapai 23.643 hektare. Adapun potensi tenaga panas bumi yang terkandung di kaki Gunung Ciremai berada di tiga lokasi yakni di Desa Sangkanurip Kecamatan Cigandamekar, serta Desa Ciniru dan Pajambon Kecamatan Jalaksana. Berdasarkan hasil penelitian, potensi tenaga listrik yang dapat dihasilkan dari tiga lokasi tersebut berbeda-beda yaitu dari Kawasan Sangkanurip dapat menghasilkan tenaga listrik sebesar 50 mega watt. Kemudian Pejambon antara 100 hingga 150 mega watt dan Ciniru lebih dari 150 mega watt.(mus)
Selamat Tinggal Chevron
Senin 26-01-2015,09:00 WIB
Editor : Harry Hidayat
Kategori :