INDRAMAYU - Pasca pemilihan kuwu (pilwu) di Desa Singakerta dan Desa Purwaja, Kecamatan Kerangkeng menyisakan penderitaan bagi masyarakat yang mayoritas sebagai buruh tani. Kondisi di dua desa setempat masih mencekam, menyusul perusakan enam rumah milik warga di Blok Tegalsemaya Desa Singakerta, Kamis (8/12) dini hari oleh puluhan massa tak dikenal.
Enam rumah yang dirusak adalah milik Tarkim (40), Nesa (40), Mandor Casmudi (38), Karim (45), Mista (37), Tarki (50), dan Suji (39). Mereka terpaksa harus kehilangan tempat tinggalnya karena kondisinya rusak berat dan tak bisa lagi dihuni.
Pantaun Radar, sekitar pukul 19.00, susana di Blok Tegalsemaya Desa Singakerta benar-benar mencekam, puluhan warga juga berjaga-jaga di depan rumahnya dengan membawa senjata tajam. Sebagian kepala keluarga (KK) memilih mengungsi ke tempat yang lebih aman, karena mereka merasa khawatir akan terjadi penyerangan oleh massa tak dikenal.
Malam itu juga sejumlah anggota Polsek Kerangkeng yang dipimpin oleh Kapolsek AKP Abdullah, diterjunkan untuk menenangkan massa di desa setempat. Isu tawuran antarpendukung calon kuwu yang kalah dengan yang menang juga membuat sibuk petugas di lapangan. Massa yang hendak tawuran di desa yang berbatasan dengan Kabupaten Cirebon akhirnya berhasil diredam oleh petugas.
Menurut pengakuan Karyani (50), warga Blok Tegalsemaya, setelah terjadi perusakan enam rumah milik warga di Blok Tegalsemaya pasca Pilwu pada malam harinya, ratusan kepala keluarga terutama ibu-ibu lebih memilih mengungsi ke tempat yang lebih aman.
Untuk tempat pengungsian, warga memilih di Desa Srengseng, selain aman dan desa tersebut tidak melaksanakan pilwu. Perusakan enam rumah warga, kata Karyani, itu dilakukan puluhan massa yang tak dikenal, tiba-tiba merusak rumah warga dan pemilik rumah saat itu langsung menyelamatkan diri. ”Gak tahu mas, kalau saja tidak menyelamakan diri, pemilik rumah akan menjadi korban,” terang Karyani kepada Radar, tadi malam.
Karyani menuturkan, sebagian warga yang tinggal di Blok Tegalsemaya sudah meninggalkan rumah mereka dengan membawa sejumlah perabotan rumah. Warga yang tinggal di rumah, sebagian besar laki-laki yang bertugas menjaga masing-masing lingkungan. ”Yang jelas masyarakat yang tinggal di Blok Tegalsemaya ketakutan akan terjadi penyerangan kembali. Untuk menghindari amuk massa, kata dia, warga memilih mengosongkan tempat tinggalnya sambil menunggu situasi yang sudah kondusif,” terang Karyani.
Sementara itu Kapolsek Kerangkeng AKP Abdullah membenarkan telah terjadi pengrusakan rumah milik warga di Blok Tegalsemaya Desa Singakerta pasca pemilihan kuwu di desa setempat. Polisi masih melakukan penyelidikan terhadap para pelaku. Malam itu juga, pria yang baru satu bulan memimpin Kapolsek Kerangkeng langsung ke Desa Purwajaya yang dikabarkan terjadi tawuran antarpendukung calon kuwu.
Malam harinya, puluhan petugas juga diterjunkan untuk melakukan sweeping di tengah masyarakat dan semua masyarakat yang sedang berada di luar diminta untuk masuk rumah. Hingga berita ini ditulis, kedua desa tersebut dalam kondisi mencekam. Sementara informasi dari panitia Pilwu, di Desa Karangkerta dimenangkan oleh Calwu yang bernama Hadi dengan perolehan 1.368 suara dengan lawannya yang kalah, Rasijan dengan perolehan 1.255 suara. Sedangkan untuk Desa Purwajaya, Calwu H Mino menang dengan perolehan 1.329 suara mengalahkan Ilyas dengan perolehan 1.255 suara.
Selanjutnya situasi di Desa Cangkingan, Kecamatan Kedokanbunder, Kabupaten Indramayu juga tampak mencekam pasca penggagalan pelaksanaan Pilwu oleh ratusan massa yang tak dikenal. Bahkan, dikabarkan akan terjadi penyerangan antarpendukung calon kuwu yang sama-sama tidak jadi dipilih masyarakat. Suasana di kedua rumah calon tampak ramai dipadati puluhan massa pendukung, sementara kondisi di Balai Desa Cangkingan tak ada satu pun petugas yang standby untuk menjaga di lokasi setempat.
”Warga malam ini takut akan terjadi tawuran karena merasa kecewa pelaksanaan Pilwu batal dilaksanakan. Padahal, kata dia, kedua calon kuwu sudah mengeluarkan uang banyak untuk biaya menjadi seorang calwu, dan warga menyayangkan saat kejadian tidak ada petugas yang berada di lokasi,” jelas Wati.
Menurut Wati, saat kejadian perusakan bilik suara dan tempat pemungutan suara, para Muspika Kecamatan Kedokan sedang berada di lokasi untuk mengecek persiapan pelaksanaan Pilwu. Akan tetapi, kata dia, tiba-tiba ratusan massa dari salah satu calwu tak terima karena ada warga yang tidak terdaftar dalam daftar pemilihan tetap (DPT) dari panitia. Berawal dari kejadian tersebut, ratusan massa merusak seluruh tempat persiapan pilwu dan termasuk memorakporandakan meja serta tempat duduk di balai desa. (dun)