Perajin Batik Ancam Protes

Jumat 09-12-2011,02:00 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

Bila Kios Pasar Batik  Ditempati Pengusaha yang Punya Showroom WERU – Pembangunan Pasar Batik yang anggarannya dari APBD Provinsi Jawa Barat senilai Rp5.404.216.000, menjadi harapan baru bagi para perajin batik yang berada di kawasan Plered. Terutama bagi mereka yang selama ini tidak mempunyai tempat untuk menjual hasil produksi kerajinan tangannya itu. Sebagaimana diketahui, perajin batik di Kabupaten Cirebon yang selama ini identik dengan Trusmi, sebetulnya tersebar di desa-desa lain di sekitarnya. Yang bisa membatik tulis bukan hanya dimiliki masyarakat Trusmi Kulon maupun Trusmi Wetan, tapi ada juga membuka home industry batik tulis di Kalitengah, Kalibaru, Wotgali dan Gamel. Termasuk para pengusahanya yang mempunyai showroom pun kini menyebar di wilayah Weru Lor dan Panembahan. Ketika Radar menemui keluarga perajin batik yang lokasi home industrinya di Gamel mengaku sudah mendengar akan adanya pasar batik yang sekarang sedang dalam tahap pembangunan. Menurut Masud, keluarga istrinya yang mulai menyeriusi menjadi perajin batik kurang dari sepuluh tahun menaruh harapan yang sangat besar tentang keberadaan pasar batik, agar usahanya bisa lebih maju. Selama ini, kebanyakan perajin batik yang bermodal kecil, tidak bisa menjual sendiri kepada konsumen karena memang tidak mempunyai tempat untuk berjualan. Produksi batik tulis lebih banyak dititipkan ke showroom atau menunggu pemesanan. Bila kain batik yang dititipkan ke showroom tidak cepat terjual, maka belum bisa mendapatkan uang. “Biasanya nitip dulu di showroom atau ada juga yang dititipkan di pedagang yang menempati gedung Koperasi Buditresna. Kami tidak mengetahui berapa selisihnya setelah dijual ke konsumen,” ujar Masud. Ditanya apakah sudah ada yang mendata maupun yang menawarkan untuk menempati kios di pasar batik, diakuinya sampai saat ini secara pribadi belum. Sebagai anggota koperasi batik pun belum ada informasi yang diterima dari pihak koperasi. Namun, untuk anggota lainnya ia tidak tahu. Ia berharap yang akan menempati kios di pasar batik harus benar-benar selektif dan diperuntukan bagi perajin batik yang memang tidak memiliki tempat untuk menjual sendiri hasil batiknya. “Kalau ternyata yang menempati itu dari kalangan pengusaha yang sudah memiliki showroom, itu harus dipertanyakan. Pemerintah mestinya peduli untuk memajukan kalangan perajin batik,” paparnya. Seperti diberitakan sebelumnya, Kepala  Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Kadisperindag) Kabupaten Cirebon Drs Haki MM mengaku belum ada pembahasan resmi soal siapa saja yang akan menempati kios-kios di Pasar Batik. Meski demikian, ia menyatakan yang berhak menempati kios tentunya perajin batik. Hanya saja pihaknya akan menjalankannya berdasarkan keputusan Bupati Cirebon. Sementara itu, Kepala DCKTR Ir H Aan Setiawan mengungkapkan, pembangunan Pasar Batik baru dikerjakan untuk pengadaan kios sebanyak 112 unit yang berada di blok C. (san)

Tags :
Kategori :

Terkait