Keracunan Miras, 126 orang Tewas

Jumat 16-12-2011,03:55 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

KOLKATA- Minuman keras (miras) membawa banyak korban di India. Sedikitnya 126 orang tewas di Negara Bagian West Bengal, wilayah paling timur India. Mereka tewas akibat keracunan setelah minum miras oplosan kemarin (15/12). Ratusan warga dari 12 desa di Distrik South 24 Parganas dilaporkan jatuh sakit setelah mengonsumsi miras tersebut. Tujuh orang sudah ditangkap dalam kasus di negara bagian yang bertetangga dengan Bangladesh itu. Selain itu, sekitar 100 orang lainnya saat ini masih dirawat di rumah sakit. Ada kekhawatiran bahwa korban tewas akan terus bertambah. Pasalnya, kasus kematian akibat keracunan setelah menenggak miras oplosan lazim terjadi di India. Pekan lalu, Negara Bagian Gujarat telah mengesahkan peraturan yang mengancam produsen dan penjual miras oplosan dengan hukuman mati. Pemerintah Negara Bagian West Bengal telah memberi instruksi agar dilakukan penyelidikan atas kasus tersebut. Menteri Besar (setingkat gubernur) West Bengal Mamata Banerjee mengumumkan pemberian kompensasi kepada keluarga korban. “Saya akan mengambil langkah tegas bagi mereka yang memproduksi dan menjual minuman ilegal tersebut,” ujarnya. Warga yang menjadi korban miras oplosan mematikan tersebut, antara lain, berasal dari Sangrampur, Magrahat, Ushti, dan Mandirbazar. Penduduk desa meminum miras yang dioplos oleh penjual setempat pada Selasa malam (13/12) malam waktu setempat. Miras oplosan ilegal, yang dinamai desi daroo, dijual hanya 10 rupee (sekitar Rp1.750). Kebanyakan minuman ini dikonsumsi warga miskin atau pekerja harian. Meski banyak yang jatuh sakit, sebagian memilih tetap tinggal di rumah. Sebab, mereka khawatir akan mendapat perlakuan keras dari polisi dan dijebloskan ke penjara. Akibatnya, banyak yang meninggal karena tidak mendapat perawatan yang memadai di rumah sakit. Keesokan harinya, Rabu (14/12), banyak warga desa, termasuk dua anak-anak, dilarikan ke rumah sakit di dekat Kota Kolkata dengan gejala keracunan miras. Menteri Urusan Pemerintahan Shyamal Mandal kepada BBC mengatakan bahwa saat ini sekitar 70 orang dalam kondisi kritis. Melihat kondisi yang memburuk, otoritas setempat mengirimkan obat-obatan dan dokter ke Rumah Sakit Diamond Harbour di Distrik South 24 Parganas. Dokter Saikat Kundu kepada BBC menambahkan bahwa para korban tiba di rumah sakit dalam keadaan terlambat. Menurut dia, ketidakpahaman pasien tentang parahnya kondisi mereka menjadi masalah terbesar. “Kebanyakan mereka dalam kondisi sangat buruk. Kami bahkan tidak punya cukup waktu untuk merawat pasien yang kehilangan banyak cairan. Mereka datang dan segera mengembuskan nafas terakhir di rumah sakit,” paparnya. Anwar Hassan Mullah, seorang warga, mengaku telah membawa enam anggota keluarganya ke rumah sakit dan semuanya meninggal. “Mengapa polisi tidak menghentikan ini,” keluhnya. Empat pembuat miras oplosan ditangkap setelah ada laporan korban tewas. BBC melaporkan, para pengoplos miras tersebut beroperasi di wilayah Gocharan. Penduduk lokal menyatakan mereka melakukan kegiatan dengan bebas karena dibiarkan oleh otoritas lokal. Minuman itu dikemas dalam kaleng dan didistribusikan ke semua distrik serta wilayah lain di West Bengal dengan menggunakan bus atau kereta api. Para agen menjualnya kembali dalam bentuk kemasan. Sejumlah pekerja LSM lokal mengungkapkan bahwa miras oplosan tersebut menjadi beracun ketika dicampur dengan amonium nitrat sebagai perasa tambahan. Kasus kematian akibat miras oplosan cukup tinggi di India. Sedikitnya, 10 orang tewas di negara Bagian Tamil Nadu pada Februari 2010 karena minuman tersebut. Lalu, sedikitnya 30 warga di Uttar Pradesh tewas pada September 2009 akibat kasus yang sama. Bahkan, miras oplosan telah merenggut 107 nyawa di Negara Bagian Gujarat pada Juli 2009. Itu sebabnya Gujarat telah mengambil tindakan keras dengan menerbitkan undang-undang baru larangan miras oplosan atau ilegal. Saat ini hanya Negara Bagian Gujarat, Mizoram, dan Nagaland yang total melarang produksi dan penjualan minuman beralkohol di India. (BBC/AP/cak/dwi)

Tags :
Kategori :

Terkait