Kemarau, Air Ledeng PDAM Tak Mengalir

Selasa 04-08-2015,09:00 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

Warga Kapetakan Terpaksa Keluar Biaya Tambahan untuk Air Bersih SUMBER - Musim kemarau membuat pelayanan air PDAM di 4 desa di Kecamatan Kapetakan Kabupaten Cirebon tidak mengalir. Air PDAM sudah ‘macet’ sejak dua hari lalu hingga kemarin (3/8). Jajaran Direksi PDAM Tirtajati pun meminta maaf atas ketidaknyamanan yang dialami sekitar 4.000 pelanggannya. Direktur Utama PDAM Tirtajati Kabupaten Cirebon Suharyadi menyebutkan, empat desa yang mengalami gangguan layanan itu adalah Karangkendal, Grogol, Bungko dan Kapetakan. Menurutnya, terganggunya layanan pada pelanggan PDAM ini disebabkan karena air yang dialirkan dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) dalam tata gilir air tidak sampai ke pengolahan air milik PDAM. Air tersebut habis di tengah jalan karena ditampung warga dan petani. “Untuk di Kapetakan ini sistem distribusinya full air permukaan atau sungai. Kita dapat sistem tata gilir air dari BBWS setiap 9 hari sekali. Hanya saja baru kali ini air tidak sampai ke pengelolaan kami,” tuturnya di hadapan watawan di kantornya, Senin (3/8). Akhirnya, pengelolaan air milik PDAM tidak beroperasi selama dua hari. Akibatnya, ribuan pelanggan PDAM di Kecamatan Kapetakan tidak bisa menikmati layanan air bersih. “Tapi kita coba antisipasi dengan meminta bantuan dari Water Treatment Plant (WTP) yang berada di Babadan,” tuturnya. Selain itu, pihak PDAM juga mengambil langkah dengan melakukan tata gilir air dari Suranenggala sebagai cabang terde­kat dari Kapetakan. Na­mun penerapan tata gilir ini memiliki konsekuensi, yakni pela­yanan PDAM di Kecamatan Sura­nenggala tidak akan maksimal. “Kami meminta maaf karena tidak bisa memenuhi kewajiban mendistribusikan air pada pelanggan. Tapi malam ini (tadi malam, red), kita coba sistem gilir dari Suranenggala dengan harapan pelanggan Kapetakan bisa segera mendapatkan air,” jelasnya. Selain itu, PDAM juga sangat terbuka dengan permintaan tangki dari masyarakat. Namun, PDAM mengaku akan mengirimkan bantuan air bila diketahui pihak desa. Hal itu dilakukan agar potensi kericuhan dan berebut air bersih bisa berkurang. “Kami tidak mau memberikan bantuan tanpa sepengetahuan desa. Karena khawatir malah nanti berebut dan banyak air yang terbuang. Hingga saat ini kami memang belum mengirimkan air, tapi kalau memang diminta, kami siap 24 jam,” tegasnya. Selain empat desa yang disebutkan Suharyadi, warga Desa Dukuh, Kecamatan Kapetakan, juga mengeluhkan layanan PDAM. Karena sejak tanggal 29 Juli sampai kemarin (3/8), air PDAM tidak mengalir. Sebagian warga pun terpaksa membeli air bersih untuk kebutuhan sehari-hari dengan membeli ke Desa/Kecamatan Suranenggala. Satu jeriken ukuran 20 liter Rp1 ribu jika membeli sendiri ke rumah yang menjual air PDAM di Desa Suranenggala. Tapi jika menggunakan jasa, bisa mencapai Rp2.000 satu jeriken ukuran 20 liter. “Setiap hari warga bisa mengeluarkan biaya tambahan Rp20 ribu lebih untuk membeli air ledeng. Belum kebutuhan dapur dan lainnya. Sementara pelanggan PDAM tetap bayar meski tidak ngocor. Belum lagi petani dan buruh tani mengalami gagal panen. Bayangkan penderitaan warga,” kata Hasan, pemuda asal Desa Dukuh yang juga ketua Karang Taruna Kecamatan Kapetakan ini mengungkapkan. (kmg)

Tags :
Kategori :

Terkait