Kuota Haji Tersisa 13 Kursi Lagi

Senin 10-08-2015,09:39 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

SEMENTARA itu, proses pelunasan biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPIH) sampai saat ini belum tuntas 100 persen. Hari ini (10/8) adalah hari terakhir masa pelunasan BPIH di empat provinsi. Hingga penutupan masa pelunasan BPIH Jumat pekan lalu (7/8) sisa kuota haji yang belum terisi ada 13 kursi. Sedangkan kuota untuk petugas haji daerah, masih tersisa 22 kursi lagi. “Jadi total kursi yang masih tersisa ada 46 kursi. Kami berharap semua kuota terserap,” kata Kasubdit Pendaftaran Haji Kemenag M. Noer Alya Fitra kemarin. Kalaupun setelah penutupan hari ini masih ada sisa kuota, pejabat yang akrab disapa Nafit itu mengatakan akan tetap dibuka lagi masa pelunasan BPIH. Kebijakan ini sesuai arahan Abdul Jamil bahwa seluruh kuota harus dioptimalkan penyerapannya. Terkait pelunasan BPIH ini, Jamil mengatakan Kemenag membuat aturan yang benar-benar tegas. “Jadi tidak ada yang tiba-tiba lompat antrean,” katanya. Jajaran Kemenag yang terkait pendaftaran haji dari pusat hingga daerah-daerah, dia minta tidak main-main untuk urusan pengisian kuota haji ini. Dari seluruh persiapan, masalah tenaga kesehatan juga tidak dapat disepelekan. Sebab, para petugas kesehatan ini akan jadi salah satu garda terdepan dalam melayani jamaah saat di tanah suci. Karenanya, proses penyaringan orang-orang terpilih ini pun telah dilakukan sejak lama. Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Fidiansjah mengatakan, untuk penyeleng­garaan haji tahun ini, proses seleksi telah berjalan sejak tahun lalu. “Seleksi selalu kami mulai setelah operasional penyelenggaraan haji tahun sebelumnya selesai. Untuk 2015 ini, pendaftaran register dimulai November 2014,” tuturnya. Dari seleksi yang dilakukan, terjaring sebanyak 1.431 tenaga kesehatan. Jumlah tersebut terdiri dari 1.125 petugas Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) dan 306 orang Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH). Fidiansjah menjabarkan, kedua tim tersebut memiliki tugas yang berbeda. Untuk TKHI akan bertugas menyertai para jamaah di setiap kloter. Mereka akan mengawal jamaah sejak masuk asrama, melaksanakan ibadah haji hingga kembali ke tanah air lagi. “Ada 375 kloter untuk tahun ini. Satu kloter akan disertai satu dokter dan dua perawat,” jelasnya. Sedangkan, (PPIH) akan bertugas sesuai daerah kerja. Ada tiga daerah kerja utama, yakni Jeddah (bandara), Makkah, dan Madinah. Di sana, mereka bertugas menyiapkan segala keperluan fasilitas kesehatan layaknya pembuatan klinik baru. Tenaga kesehatannya pun lebih beragam, terdiri dari dokter spesialis,  dokter umum, dokter gigi, farmasi dan lain sebagianya.”Kalau TKHI akan berangkat bersama jamaah langsung dari embarkasi. Sedangkan, PPIH sudah harus berangkat duluan, 14 Agustus mereka sudah berangkat,” katanya lagi. Sementara untuk kesiapan seluruh petugas ini, Fidiansjah memastikan telah sepenuhnya siap. Menurutnya, mereka telah melalui pelatihan dasar yang wajib diketahui. Meliputi, kondisi cuaca di Makkah, Madinah, dan Jeddah, aturan sistem rujukan yang digunakan di masing-masing kota, serta aturan-aturan dasar yang harus ditaati selama di sana. Untuk pencegahan penularan penyakit Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS CoV) misalnya. Para petugas telah dibekali masker dan desinfektan. Bukan hanya untuk digunakan pribadi, dua senjata itu juga disiapkan untuk para jamaah. “Kita sudah bagi pada jamaah masing-masing. Tapi tak bisa dipungkiri mereka sering lalai. Nanti akan diberikan lagi oleh petugas,” jelasnya. Kesiapan lain, penyuluhan dan penyiapan kain basah untuk para jamaah. Hal ini digunakan untuk menghadapi cuaca ekstrem yang seringkali akan menyebabkan heat syndrome. “Kami juga sudah mendapatkan list jamaah dengan risiko tinggi. Tentu pengawasannya lebih,” ungkapnya. (jpnn)

Tags :
Kategori :

Terkait