Menu Enak, Dahlan ke Dapur Cari Koki

Kamis 12-01-2012,02:12 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

BONTANG - Rabu (11/1) kemarin adalah hari tersibuk, setidaknya bagi para protokoler. Ya, kedatangan Menteri BUMN Dahlan Iskan ke Bontang membuat protokoler Pemkot, PKT dan PT Badak bekerja ekstrakeras. Lantaran bos koran yang pernah operasi ‘ganti’ hati ini memang susah ditebak mau ke mana. Apalagi dia tak mau terlalu repot dengan pengawalan dan schedule. Kalau mau jalan, ya jalan saja. Yang lain, ya terpaksa ikut saja. Kedatangan Dahlan Iskan ke Bontang bukanlah agenda utama. Karena tujuan Dahlan sebenarnya melihat lahan untuk pertanian dan percetakan sawah di Berau, KTT, dan Nunukan. Dia ‘terpaksa’ mampir, karena helikopter MI-17 V5 buatan Rusia milik TNI AD yang ditumpanginya itu harus mengisi bahan bakar dulu setelah terbang dari Balikpapan. Malam sebelum kedatangannya, para protokoler pun belum bisa memastikan apa yang dilakukan Dahlan. Apakah menunggu pengisian bahan bakar di Bandara PT Badak NGL, atau sempat melakukan plant tour ke pabrik PT PKT, yang merupakan ‘mantan’ BUMN. Tak ada yang pasti, bahkan para wartawan pun harus siap siaga. Harus sudah standby di bandara sejak pukul 09.00. Satu-satunya yang bisa dipastikan, adalah jam kedatangan Dahlan sekitar pukul 10.00 Wita. Pukul 09.00 Wita, bandara PT Badak NGL sudah ramai dengan orang-orang berseragam perusahaan. Mereka adalah karyawan PT Pupuk Kaltim dan PT Badak NGL, tak terkecuali wartawan dan beberapa polisi yang bertugas untuk pengamanan. Semua orang di sana menanti kedatangan Dahlan Iskan, mereka saling  gobrol untuk mengisi waktu sembari menunggu sang maestro itu. Seperti yang sudah diprediksi, tepat pukul 10.00 Wita, helikopter MI-17 V5 mendarat. Semua orang yang tadinya akrab, berbalik sibuk berpencar mencari tempat di depan pintu kedatangan penumpang. Dari balik pintu kaca, terlihat sosok sang menteri turun dari pintu heli. Dia mengenakan baju kaus lengan panjang putih yang digulung sedikit, bertuliskan Canopy Bridge Wisata Bukit Bengkirai. Plus, sepatu kets legendaris berwarna hitam, tak ketinggalan topi bulat bergaya army. Penampilan santai, tak seperti menteri lainnya yang kerap terlihat menggunakan jas dan sepatu kulit mengkilap. Di antara orang-orang yang menunggunya itu ada yang bergumam, “menterinya mana sih? Masak yang pakai baju kaus itu?” Siang kemarin, Dahlan terlihat segar bugar dan enjoy. Senyum santai khasnya selalu dilontarkan pada siapa saja di hadapannya. Kedatangan Dahlan ini, merupakan salah satu rangkaian tur ke kabupaten/kota se-Kaltim, untuk membicarakan rencana pembukaan lahan pertanian padi seluas 100 ribu hektare di Kaltim. Tampak dalam rombongan itu, Dirut PT Pupuk Sriwijaya (Pusri) Holding Arifin Tasrif, Dirut PT PKT Aas Asikin Idat. Juga terlihat Direktur Utama Sang Hyang Seri, Dirut Perhutani, Dirut Pertani dan Dirut Inhutani. Melalui pintu khusus di ruang bandara PT Badak yang langsung menembus ruangan coffee morning, Dahlan Iskan beserta rombongan diajak mampir oleh Hanung Budya, presiden direktur PT Badak. Hanung ternyata sudah menyiapkan presentasi kilat seputar perusahaannya. Berulang kali Hanung menyebutkan, PT Badak seperti kejatuhan durian runtuh. Karena didatangi seorang menteri yang terkenal memiliki gaya pemecah masalah birokrasi dengan gaya korporasi. Saat mengikuti pertemuan itu, Dahlan menanggapi dengan santai, ia hanya tersenyum dan sesekali menyela presentasi itu. Sekitar 15 menit, presentasi itu akhirnya berakhir. Buru-buru Dahlan Iskan yang ditemani Wali Kota Adi Darma, meninggalkan arena dan langsung menuju bus PT PKT yang sudah menunggu selama 15 menit. Dia mengatakan perjalanannya masih panjang, pasalnya Dahlan ‘harus’ mengikuti plant tour ke lokasi pabrik PT PKT, guna melihat-lihat kondisi pabrik raksasa itu. Waktunya makin mepet, karena sebenarnya presentasi PT Badak itu tak ada dalam schedule. Wajah-wajah agak panik pun sempat nampak dari beberapa protokoler. Namun, Dahlan tetap santai saja. “Bagus, tapi jangan lupa penghematan,” ulangnya lagi sembari meninggalkan ruangan, lalu masuk ke dalam bus. Melalui jalur utama jalan raya, rombongan bus Dahlan Iskan memasuki kawasan PT PKT. Tak ada mobil patroli atau motor polisi lalu lintas yang mengawal. Saat memasuki lokasi pabrik, beberapa mobil di belakang bus yang ditumpangi Dahlan terpaksa distop. Lantaran kondisi pabrik harus tetap kondusif, dan tidak boleh sembarangan meski hanya berkeliling-keliling saja. Saat semua menunggu di luar, bus Dahlan tetap berjalan secara pelan. Rombongan itu mengelilingi kawasaan pabrik, selama 30 menit. Waktu menunjukkan pukul 11.00 wita. Lagi-lagi bus yang membawa Dahlan mampir di suatu tempat, kali ini restoran Bontang Kuring PKT. “Waktunya makan siang, Pak,” salah satu anggota humas PT PKT mempersilakan Dahlan untuk menyantap hidangan ikan mas goreng dan asam manis kepiting. Dahlan dan rombongan, duduk membelakangi kolam di sebelah resto terbuka itu. Terlihat, ia menyantap menu yang disediakan dengan lahap diselingi perbincangan ringan seputar rencana pembukaan lahan bersama petinggi BUMN dan Wali Kota Adi Darma. Begitu selesai, Dahlan langsung berdiri. Dengan lugas, dia langsung berseru. “Ayo, ayo.. Kumpul-kumpul. Yang BUMN kita kumpul dulu. Yang masih makan, silakan dilanjut dulu, mumpung ikannya enak,” kata Dahlan. Tentu saja ini agak nyeleneh, karena yang dipanggil adalah para petinggi BUMN yang tentunya dulu akrab dengan birokrasi. Kali ini, dengan gaya bak seorang kawan di warung kopi, Dahlan memanggil mereka semua untuk duduk satu meja. Dia membahas langkah yang harus diambil, agar investasi pembuatan cetak sawah dan lahan pertanian di Kaltim itu sukses. Sayangnya, itu semua off the record. “Teman-teman wartawan, boleh ikut mendengarkan rencana ini sebagai background, tapi tidak untuk dipublikasikan. Soalnya takut tidak jadi. Kan nanti sama-sama rugi, lahan tak jadi dan kawan-kawan wartawan juga tidak punya berita nanti,” serunya, kali ini menggunakan mik yang telah diberi staf karyawan PKT, membuat semua orang tertawa. Singkat cerita, Dahlan mengharapkan rencana besarnya harus berjalan lancar. Ia menjelaskan 100 ribu hektare lahan yang sudah tersedia, harus diolah dengan benar. Seperti mencontoh salah satu pabrik di Pulau Jawa, dan bukan perusahaan tambang. “Yang dimakan manusia kan bukan batu bara. Tidak juga makan minyak sawit toh, soalnya bakal kolesterol. jadi harus diolah dengan benar,” kalimatnya agak sedikit nyeleneh. Sebelum menutup pertemuan, Dahlan secara khusus masuk ke dapur restoran. “Saya ingin ketemu kokinya dulu. Masakannya enak,” katanya langsung masuk ke dapur. Di sana, semua kru restoran langsung mesem-mesem. Dahlan mengecek alat masak dan bertemu dengan kokinya. Bahkan sempat bertanya dari mana si koki belajar masak. “Karedoknya enak, empalnya enak, kok bisa enak? Gurunya dari mana?” tanya Dahlan. “Guru saya dari Bandung, Pak,” jawab si koki, mengakhiri kunjungan Dahlan di Bontang. (*/non/che)

Tags :
Kategori :

Terkait