Djumadi, Penjual Cireng yang Ikut Naik Haji Tahun ini menjadi waktu yang bersejarah bagi seorang Djumadi (50). Warga RT 04 RW 09 Kp Karanganyar, Kelurahan Jagasatru, itu bakal menginjakkan kaki di Tanah Suci. Dia terpilih menjadi petugas Tim Pembimbing Haji Daerah (TPHD) Provinsi Jawa Barat. Bagaimana kisahnya? JAMAL SUTEJA, Kejaksan TAK ada yang tahu jalan hidup manusia. Begitu pula yang dialami Djumadi. Selama 22 dia pernah mencari nafkah sebagai pengecer koran. Pekerjaan itu ia lakoni dari tahun 1986 hingga 2007. \"Karena faktor usia saya akhirnya berhenti,\" tukas bapak dua anak ini kepada Radar saat mengikuti bimbingan manasik haji di Gedung Islamic Center At-Taqwa Cirebon, kemarin. Setelah berhenti menjadi pengecer koran, Djumadi banting setir menjadi penjual susu kemasan keliling. Pekerjaan itu ia lakoni selama lima tahun. \"Setelah berhenti dari jualan susu kemasan saya berjualan bakso ikan selama dua tahun. Karena penjualannya musiman, ya akhirnya berhenti juga,\" sebutnya. Kemudian pekerjaan terakhirnya, sekarang menjadi penjual cireng. Setiap harinya, dia berdagang di depan Madrasah Ibtidaiah (MI) Annur, tepat di depan KUA Pekalipan. Nasib berubah ketika dia kemudian diminta menjadi imam tarawih di Masjid Keraton Kaprabonan. \"Awalnya saya diminta lewat teman, untuk menjadi imam tarawih. Karena saat itu tidak ada imam di Masjid Keraton Kaprabonan. Kemudian sering ikut tawasulan. Lama-lama diangkat menjadi abdi dalam keraton,\" kisahnya. Lima tahun berjalan menjadi abdi dalem Keraton Kaprabonan, kemudian Djumadi diajukan oleh Sultan Kaprabonan, Ir Hempi Raja Kaprabonan kepada provinsi untuk menjadi petugas TPHD. \"Saya pernah ikut seleksi tahun 2014. Tahun itu gagal. Kemudian ikut lagi tahun ini. Alhamdulillah tahun ini diberikan kesempatan bisa naik haji,\" ungkapnya bersyukur. Setiap orang, kata dia, memimpikan untuk bisa berangkat naik haji. Begitupula dirinya. Namun apabila melihat kondisinya hanya sebagai pedagang cireng, sangat mustahil untuk bisa membayar biaya naik haji. Penghasilan bersihnya paling hanya Rp50 ribu per hari. \"Kalaupun menabung, sampai tahun berapa lunasnya,\" sebutnya. Beruntung, dirinya bisa menjadi tamu yang dipanggil Allah ke Tanah Suci. Saat mengikuti seleksi, dirinya hanya berharap dan berdoa supaya keinginannya bisa terkabul. Dengan keterbatasan ekonomi, dirinya bisa menerima apa yang diberikan Tuhan. Begitulah cara dia memaknai setiap rezeki. Ia aktif pula di masyarakat menjadi khatib Jumat, ikut memandikan dan mengurus jenazah, hingga menjadi MC di acara pernikahan. Dari sana ia memperoleh pemasukan tambahan untuk membiayai kuliah anaknya di IAIN Syekh Nurjati Cirebon. \"Saat ini anak pertama saya kuliah sudah semester tiga, Insya Allah bisa sampai sarjana,\" katanya. Dia mungkin satu dari sekian banyak TPHD yang hanya lulusan sekolah dasar. Padahal persayaratan pendidikan kata dia, minimal lulusan SMP. Namun dengan tekad dan niat yang kuat dirinya pun akhirnya bisa lolos seleksi. \"Seleksinya harus mengisi soal, walaupun saya lulusan SD, alhamdulillah bisa lolos,\" katanya. Atas nikmat yang diberikan berupa melaksanakan ibadah haji gratis itu, Djumadi mengaku bersyukur kepada Allah SWT. \"Kalau tidak atas izin Allah, saya tidak mungkin bisa naik haji,\" katanya. Dirinya juga berterima kasih kepada Sultan Kaprabonan Pangeran Ir Hempi Raja Kaprabonan karena telah mengusulkannya menjadi petugas TPHD Jawa Barat. (*)
Pernah Gagal, Kini Lolos Jadi Petugas TPHD Jabar
Rabu 12-08-2015,17:54 WIB
Editor : Harry Hidayat
Kategori :