Panen Perdana Harga Garam Anjlok

Kamis 13-08-2015,19:57 WIB
Reporter : Harry Hidayat
Editor : Harry Hidayat

Petani Akan Gunakan Media Isolator SURANENGGALA - Petani garam di Desa Karangreja, Kecamatan Suranenggala, saat ini sibuk dengan panen perdana. Aktivitas petani terlihat memasukkan garam ke dalam karung dan mengangkut untuk disimpan di gudang dari tepian ladang garamnya, Rabu (12/8). Petani terlihat senang memanen ladang garam. Terlebih saat kemarau panjang, petani garam relatif diuntungkan. Hanya saja, harga garam saat ini sangat anjlok. Harga garam dihargai Rp350/kg. Bahkan ada juga yang dihargai Rp250/kg. Harga tersebut jauh lebih rendah dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Kosim (75), petani garam yang sudah selama 40 tahun berkecimpung di ladang garam mengakui, sangat bersyukur dengan panen perdananya. Meskipun harga garam tidak sesuai yang diharapkan. “Hasilnya alhamdulillah cukup memuaskan, meskipun harganya tidak memuaskan,” katanya saat disambangi ke ladanganya, Rabu (12/8). Kosim menyebutkan, lahan miliknya seluas 4 hektare yang terdapat 50 meja garapan garam. Dalam satu minggu saat melakukan panen bisa mencapai 6,5 ton garam. Hal tersebut menurutnya ini tidak maksimal. karena di saat normal dan lahannya bagus, dalam sehari bisa 3 ton sekali panen. Muhammad Taufikurrahim, selaku ketua Asosiasi Petani Garam kordinator wilayah Jabar mengatakan, pihaknya terus melakukan inovasi-inovasi baru untuk para petani yang dibimbingnya. Saat ini pihaknya tengah melakukan percobaan di ladang untuk kemajuan para petani garam di wilayahnya dengan menggunakan teknologi geoisolator. Teknologi itu dijadikan untuk alas meja garam. Sehingga hasil kristal garam tidak menyentuh tanah saat proses pengristalan. “Dengan menggunakan teknologi isolator yang bentuknya tidak jauh seperti terpal plastik ini akan mengahasilkan garam yang sangat bagus. Garam yang telah dipanen ini tidak perlu dicuci, karena hasilnya sudah bersih dan tidak tersentuh tanah yang berada di bawahnya.” Tuturnya. Menurut Taufik, hasil garam yang menggunakan media isolator atau geoisolator, hasilnya bisa digunakan sebagai garam industri yang harganya mencapai 500/kg. Alat teknologi isolator tersebut baru diterapkan di Cirebon dan kualitasnya pun mencapai 97%. “Alat ini bisa bertahan sampai lima tahun. Bobot garamnya pun lebih berat dibandingkan yang tidak menggunakan media isolator. Rencananya dalam waktu minggu ketiga Agustus petani garam sudah menerapkan media ini. Di Kabupaten Cirebon sendiri yang terjaring dalam pugar (pemberdayaan usaha garam rakyat), yang mendapatkan bantuan isolator sebanyak 100 hektare dari 1.000 hektar. Namun ini akan terus bergulir karena bertahap,” ungkapnya. (arn)

Tags :
Kategori :

Terkait