Aang: Kuningan Jadi Kabupaten Konservasi itu Hasil Istikhoroh
KUNINGAN – Harapan kaum industriawan untuk menanamkan modalnya di Kabupaten Kuningan dengan membangun pabrik-pabrik, kemungkinan tidak akan tercapai. Sebab, sampai saat ini, Kota Kuda sudah mendeklarasikan diri sebagai kabupaten konservasi, dan itu berarti tertutup bagi pembangunan kawasan industri berat. Apalagi jika industri itu akhirnya menghasilkan limbah yang akan merusak kelestarian lingkungan.
Mantan bupati, H Aang Hamid Suganda tegas-tegas menyatakan jika Kabupaten Kuningan tetap menjadi kabupaten konservasi dan sama sekali tidak tertarik menjadi daerah industri seperti daerah lainnya di Jawa Barat. “Kuningan menjadi kawasan konservasi itu merupakan hasil istikhoroh semasa saya menjadi bupati. Jadi, bukan secara tiba-tiba menjadi kabupaten konservasi,\" tegas mantan bupati dua periode tersebut kepada Radar di RM Cibentang, belum lama ini.
Menurut Aang, hasil dari istikhoroh itu kini dapat dirasakan oleh masyarakat Kuningan sendiri dan juga warga di daerah tetangga. Ketersediaan air bersih yang juga dirasakan oleh daerah tetangga menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan kabupaten konservasi. Kemudian juga, kondisi lingkungan yang terjada dirasakan oleh berbagai kalangan. Terutama mengenai kesegaran dan kesejukan udara Kabupaten Kuningan yang masih segar dan alami. “Selama ini Kuningan menjadi tujuan wisatawan dari berbagai daerah. Bukan apa-apa, mereka (wisatawan, red) ingin menikmati keindahan dan segarnya udara di daerah ini,” sebut suami dari Hj Utje Ch Suganda tersebut.
Kondisi ini akan berbeda, sambung dia, akan berbeda jika banyak industri berdiri di Kabupaten Kuningan. Perubahan lingkungan mau tidak mau akan terjadi dengan kehadiran industri berskala besar. \"Karena itu, kita tidak butuh investor yang akan membangun pabrik-pabrik berskala besar di Kuningan. Jika ada investor yang ingin menanamkan uangnya, silakan menggarap industri kecil. Kalau untuk industri kecil, kita tidak keberatan karena tidak akan berdampak terhadap lingkungan itu sendiri,” papar pria yang masih terlihat gagah tersebut.
Tokoh penerima penghargaan di Harganas itu menambahkan, pelestrian lingkungan juga sebagai bentuk penghargaan kepada karuhun (nenek moyang, red). “Salah satu dari pengamalan menghargai karuhun itu yakni konsen dalam menjaga kelestarian lingkungan alam. Oleh sebab itu, pemerintah banyak pembuatan embung dan waduk, itu semua demi kelancaran aktivitas dalam kehidupan. Seperti saat ini. Ketika kemarau, petani bisa memanfaatkan air untuk kebutuhan tanamannya,\" sebut dia.
Aang juga menceritakan beratnya memimpin Kuningan kala dia menjabat sebagai bupati di periode pertama. Sebab, pendapatan asli daerah sangat minim sehingga pembangunan tidak bisa dilakukan dengan maksimal. “Kondisi ini saya alami ketika kali pertama menjabat sebagai bupati. Pasalnya, daerah ini hanya menitik beratkan terhadap pemasukan dari sektor wisata semata. Saya kemudian berpikir keras bagaiamana caranya membangun Kuningan. Akhirnya saya mencari uang ke provinsi dan pusat untuk membangun daerah yang saya sangat cintai. Hasilnya, bisa dirasakan langsung oleh masyarakat sekarang,” kenangnya yang diamini Kadis Tata Ruang dan Cipta Karya (DTRCK), HM Ridwan Setiawan SH MH MSi.
Meski pendapatan daerah kecil lantaran hanya mengandalkan pemasukan dari sector wisata, Aang tetap enggan menerima kehadiran para pemilik modal besar membangun pabrik-pabrik. “Kuningan tak mau tergoda untuk menjadi daerah industri dan tetap konsen sebagai daerah wisata. Pernah ke Karawang? Di Karawang dan Majalengka, jalannya lebar-lebar beda dengan Kuningan. Kabupaten Majalengka sendiri saya lihat sudah mempersiapkan diri menjadi daerah industri dengan membuka akses jalan yang lebar-lebar,\" jelasnya. (ags)