Tari Topeng Randegan Mulai Diminati

Minggu 16-08-2015,22:31 WIB
Reporter : Harry Hidayat
Editor : Harry Hidayat

JATIWANGI - Tari Topeng Randegan Jatitujuh merupakan salah satu seni tari yang khas di miliki Kabupaten Majalengka. Bila kesenian tradisional  ini tidak ditelorkan kepada  generasi muda, dipastikan seni topeng ini akan punah. Puluhan anak-anak dan remajapun  antusias untuk belajar tari topeng Randegan tersebut. Adalah aula pendopo Kecamatan Jatiwangi menjadi salah satu tempat untuk berlatihnya anak-anak menari topeng Randegan tersebut. Jumat (14/8) lalu, wartawan koran ini melihat langsung proses latihan para penari. “Anak- anak yang berlatih menari topeng Randegan setiap Jumat dan Minggu mulai pukul 14.00 hingga pukul 16.00,” kata Ketua Sanggar Gosali, Tini Hartini. Menurutnya,  rencananya para penari topeng Randegan akan  tampil pada festival tari international di Solo pada Mei 2016  mendatang. Kemudian, September  2015 mendatang akan dilaksanakan Bebarang alias kegiatan ngamen dengan tarian anak-anak di Jatitujuh, Ligung, Jatiwangi dan sekitarnya. “Beberang ini merupakan agenda rutin untuk melatih mental dan mengevaluasi hasil latihan serta memperkenalkan tari topeng ke masyarakat,” beber istri Sekcam Jatiwangi, Tata Suharta BA ini. Tini menambahkan, saat ini Pemkab Majalengka tengah berbenah untuk mewujudkan pembangunan BIJB, sedangkan senimannya sibuk melestarikan seni tradisionalnya berupa tari topeng dan karawitan. “Indramayu memiliki Mimi Rasinah, Majalengka memiliki maestro topeng Randegan Ita Rawita,” imbuhnya. Sementara itu, seorang  penari, Almi Rizki Munawar mengaku, tertarik untuk berlatih menari topeng Randegan tersebut. “Awalnya sih merasa kesulitan menari topeng Randegan ini. Tapi Alhamdulillah, lama-lama akhirnya bisa dan sekarang sudah 8 jenis tarian saya kuasai,” siswi kelas IX SMPN 3 Ligung ini. Senada diungkapkan Nina Nurniana Rahayu. Siswa SMAN I Jatiwangi ini menuturkan, awalnya ada praktek tari di sekolah, lalu tertarik untuk menekuni tari topeng tersebut. “Saya tidak merasa malu dan terbelakang mengikuti seni  tari tradisional ini, karena belum tentu temen-temen bisa menari juga,” tuturnya. Sementara, pengakuan  Yati (40), warga Desa Ciborelang, Kecamatan Jatiwangi, anaknya Anisa Novianti  sangat bersemangat untuk belajar menari. “Anak saya masih kelas III SD tapi semangat untuk belajar menarinya tinggi. Padahal ibunya berjualan di pasar,” ujarnya bangga. (ara)

Tags :
Kategori :

Terkait