Mencari Jalan Mewujudkan Mimpi Mendiang Syam MT Komikus cerita rakyat, Sami’un asal Desa Tenajar Lor, Kecamatan Kertasemaya, Kabupaten Indramayu ternyata telah tiada, sejak 2 Juni 2014 tahun lalu. Kabar meninggalnya Sami’un tak tersebar luar seperti karya-karyanya yang biasa menyapa pembaca surat kabar. Sehingga tak banyak yang tahu kabar terakhir salah satu komikus terbaik yang pernah dimiliki Bumi Wiralodra. UTOYO PRIE ACHDI, Kertasmaya PEMBUAT komik dan cerita bergembar (cergam) dengan nama komik Syam MT itu karyanya cukup kesohor. Untuk pembaca sejumlah surat kabar nasional dan regional, tentu asing dengan kode Syam MT. Syam MT atau Sami’un lahir di Indramayu tanggal 12 Juli 1963. Sejak usia muda dia telah bergelut dengan dunia cergam berkat bakat alam yang dimilikinya. Bahkan setelah menikahi Saniah sekitar tahun 1991, dia konsistem dengan profesinya sebagai penulis cerita bergambar atau komik atas permintaan beberapa surat kabar. Namun pada pertengahan 1995, Syam MT harus mencari pekerjaan lain, termasuk menjadi buruh tani karena honor dari surat kabar yang dia terima tidak mencukupi kebutuhan keluarga. Selain bertani, Syam juga pernah beberapa bulan membuka bengkel motor untuk menutupi kebutuhan hidup keluarga dan biaya sekolah anak laki-lakinya. Keseharian Syam memang tak banyak yang mengetahui. Padahal karya Syam malang melintang di surat kabar dan majalah yang memuat cerita bergambar (cergam) sejak 1970-an. Puluhan surat kabar dan majalah, seperti Berita Yudha, Sinar Pagi, Pikiran Rakyat, Pikiran Rakyat Edisi Cirebon, Berita Buana, Sentana dan sejumlah penerbitan lain pernah memuat cergamnya. Dan selama puluhan tahun laki-laki beranak dua itu hidup dari menunggu honorarium menggambar cergam. Sayangnya, ratusan karya Syam MT tak terdokumentasi dengan baik. Karya-karya Syam naskah asli dan gambarnya sudah di tangan redaksi. Syam juga semasa hidupnya tidak pernah terpikir untuk menjemput naskah-naskah aslinya. Karya-karya Syam yang melanglang buana, tak berbanding lurus dengan perekonomian keluarganya. Syam yang hidup dengan bergantung pada honor menggambar cergam, kerap kali kesulitan keuangan. Pernah satu ketika Syam butuh uang. Karena tak punya aset untuk dijual, Syam datang ke kantor bupati membawa naskah Komik “Wiralodra” setebal 115 halaman yang ditulis dalam waktu satu tahun. Kedatangan Syam sebatas meminta naskah itu diterbitkan, karena naskah tersebut dianggap sebagai bagian dari Babad Dermayu. “Sayang sampai kemudian bapak meninggal, keinginan itu belum terwujud,” papar Saniah (40), istri almarhum Syam MT. Sekarang Saniah sedang mencari jalan mewujudkan mimpi suaminya itu. Saniah mencoba menghubungi rekan-rekan almarhum suaminya untuk membantu mewujudkan penerbitan Komik Wiralodra. Atas keprihatinan keluarga Syam MT yang ditinggalkan, salah seorang rekan terdekatnya, penyair Acep Syahril berharap agar Komik Wiralodra tersebut bisa dijadikan bahan bacaan muatan lokal di sekolah-sekolah. “Kami berharap cergam atau komik itu bisa diterbitkan. Selain bisa membantu kelangsungan hidup keluarganya, kita juga bisa mengabadikan karya putra terbaik Indramayu sekaligus menambah wawasan bagi para siswa,” ujar Acep. (*)
Cergam Wiralodra, Bagian dari Babad Dermayu
Rabu 26-08-2015,17:46 WIB
Editor : Harry Hidayat
Kategori :