Saham Properti Menurun Drastis

Rabu 26-08-2015,20:34 WIB
Reporter : Harry Hidayat
Editor : Harry Hidayat

Akibat Melemahnya Nilai Rupiah CIREBON - Pelaku pasar modal masih ketar-ketir dengan kondisi ekonomi Indonesia yang cenderung terus mengalami penurunan. Hampir semua sektor saham turun dengan rata-rata angka yang cukup fantastis. Termasuk sektor properti yang biasa ada di zona aman kini tak luput dari kondisi ekonomi saat ini. “Untuk sektor properti mulai melambat permintaannya, karena daya beli turun,”ucap singkat Branch Manager Trimegah Cirebon Ariffianto. Pada Radar Cirebon Arif menyebutkan dua contoh nama properti di pasar modal yang biasa stabil kini mengalami penurunan yang cukup dalam yakni Bumi Serpong Damai (BSDE) tertinggi 2.200 saat ini hanya ada diangka 1.680, sedangkan Pakuwon (PWON) tertinggi 540 kini 365. Ini juga terjadi pada sektor lain di luar properti, sebut saja di perbankan saham Bank Mandiri tertinggi tahun ini 12.475 namun Rabu pekan lalu sempat menyentuh 8.550. “Ada juga Semen Indonesia (SMGR) tertinggi 16.500 dan terendah mencapai 8.600, Astra Internasional (ASII) tertinggi tahun ini 8.500 sempat 6.000. Penurunan nilai saham bahkan ada yang 50 persen, lainnya beragam,” ujarnya. Apa penyebab utamanya? Dijelaskannya, akhir-akhir ini pengaruh terbesar dari adanya devaluasi mata uang China (Yuan). Minggu ini Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga turun dari level 4.800-an hingga menyentuh level terendahnya tahun ini 4.470-an. “Jika ada pertanyaan adakah dampak dari perombakan kabinet yang dilakukan pekan lalu, tampaknya juga terlihat tak dapat menahan jatuhnya nilai rupiah dan IHSG. Tak kalah mengkhawatirkan ialah investor asing yang memutuskan keluar dari Bursa Efek Indonesia (BEI) setiap harinya,” jelasnya. Lanjut dia, beberapa menteri yang masuk sudah sesuai dengan ekspektasi pasar, hanya saja momen pergantian menteri tertutup dengan kondisi perekonomian global saat ini, terutama karena devaluasi Yuan. Saat ini harapan besarnya ialah pemerintah harus benar-benar efektif dan cepat di semester 2 ini dalam hal belanja APBN yang salah satu fokusnya pada infrastruktur. “Sejauh ini investor asing keluar karena data-data ekonomi Indonesia nggak bagus dari Gross Domestic Product (GDP) yang melambat dan Rupiah melemah, investor asing pasti balik lagi ketika rupiah mulai stabil dan ekonomi mulai tumbuh, semua ini semua tergantung pemerintah bisa mendorong ekonomi domestiknya lewat belanja APBN,” tuturnya. Sementara, Manajer Pemasaran PT Jayaland Sejahtera Imron Hanafi mengaku geliat properti memang agar menurun. Namun menurut Imron, bukan hanya daya beli yang kurang tetapi juga dampak dari adanya peraturan atau kebijakan Bank Indonesia yang terbaru meski belum ada edaran. Daya beli memang agak menurun 20%, tidak seperti tahun-tahun lalu apalagi dolar terus menerus menguat. “Berbeda dengan KPR inden sebelumnya yang dapat dicairkan oleh bank sesuai progres pembangunan, sekarang KPR baru dapat cair apabila bangunannya sudah selesai. Selain itu pengembangnya harus memberikan jaminan atau garansi ke bank berupa bank garansi, deposito, letter of credit yang dititipkan dalam escrow account. Uang jaminan ini dapat ditarik lagi setelah bangunan propertinya selesai,\" ujarnya. (tta)

Tags :
Kategori :

Terkait