Surga Bagi Para Penikmat Kuliner

Selasa 01-09-2015,15:04 WIB
Reporter : Harry Hidayat
Editor : Harry Hidayat

BICARA kuliner, apa yang tidak ada di Cirebon? Aneka macam kuliner bisa didapatkan dengan mudah di setiap sudut jalan, mulai dari Nasi Jamblang, Nasi Lengko, Empal Gentong, Docang hingga Nasi Bogana khas Keraton. Tentu saja, makanan khas ini yang jarang dijumpai di daerah lain, tak kalah lezat dengan makanan restoran cepat saji. Salah satu yang cukup terkenal misalnya Nasi Jamblang Pelabuhan milik Hj Sumarni. Nasi Jamblang ini memang sedikit unik, karena tempatnya yang berada di emperan, cukup tersembunyi dari penglihatan di jalan raya. Namun, siapa sangka, di tempat itulah para pejabat dan pesohor sering makan nasi jamblang. Aas, penjaga Nasi Jamblang Pelabuhan menyebutkan tempatnya itu dikunjungi beberapa orang terkenal. Seperti MenPAN RB Yuddy Chrisnandi, Mantan Menteri Daerah Tertinggal Helmy Faisal, hingga Wagub Jabar Deddy Mizwar. Sementara dari kalangan artis, ada Ikang Fawzi, Dewi Yull, Ayu Azhari dan artis-artis lainnya. \"Banyak pokoknya mah, lupa lagi namanya,\" sebut perempuan asli Jamblang ini. Dikatakannya, usaha nasi jamblangnya itu sudah berjalan selama 45 tahun, turun-temurun dari orang tuanya. Ia pernah mau memindahkan lokasi. Akan tetapi, masyarakat sudah terlanjur tahu nasi jamblang pelabuhan. Menunya macam-macam, yang paling favorit seperti sambel goreng paru, sayur tahu, tempe, udang tepung, pepes, remis, bergedel, cemplung, limpa ati, ikan parin, tongkol balado dan lainnya. \"Awalnya dulu di balai-balai pakai tenda, sekarang di sini sudah 25 tahun,\" katanya. Nasi Jamblang Pelabuhan buka dari pukul 06.00 hingga pukul 15.00 WIB. Di hari kerja, para pelanggan banyak dari kantor pegawai bank, pemda, dan lainnya. Sedangkan di hari liburan didominasi oleh orang rumah, wisawatan hingga orang-orang yang habis selesai misa di Gereja. Senada, pemilik warung empal, Nunung. Menurutnya, setiap weekend memang banyak pendatang yang berkunjung ke Cirebon untuk sekadar menikmati kuliner. \"Sekarang kan dari Jakarta ke Cirebon cuma tiga jam lewat Tol Cipali, mereka punya alternatif liburan selain ke Bandung,\" ujarnya. Disebutkannya, banyak yang datang ke Cirebon hanya untuk mencicipi kuliner khas Cirebon. Terutama ramai saat awal pembukaan Tol Cipali. \"Pas awal-awal dibuka lagi gratis memang banyak, tapi ke sini sudah mulai berkurang. Ada peningkatan cuma tidak terlalu banyak,\" bebernya. Para penikmat kuliner sendiri, tidak hanya dimanjakan dengan makanan khas Cirebon. Nunung menyebutkan dirinya juga menyajikan menu spesial bandeng tanpa duri. \"Kalau di sini banyak yang datang dari penghuni hotel, banyaknya luar kota gak kalah jauh. Kita buka 24 jam sih,\" jelasnya. Dikatakan dia, potensi wisata kuliner di Cirebon sangat prospektif. Karena lebih memiliki variasi menu. Di samping juga harganya yang relatif terjangkau. \"Orang lebih mahal makan di Bandung daripada di Cirebon. Apalagi ada Tol Cipali sama-sama 3 jam. Di sini makanan lebih murah, lebih banyak variasi dan punya khas tersendiri biar dicari sama orang. Pokoknya Cirebon surganya para penikmat kuliner,\" jelasnya. Hanya saja, kata Nunung, kendala ada pada ketersedian lahan parkir. Lokasi kios miliknya yang berada di Gunung Sari itu sangat minim lahan parkir. Sehingga bus-bus wisata kesulitan mencari lahan parkir. \"Kelebihannya memang berada di jantung kota aja, tapi tempat parkir masih kurang,\" keluhnya. Hal yang sama juga dikeluhkan pedagang nasi lengko, Hartono. Menurutnya, lahan parkir yang sempit membuat pelayanan kepada wisatawan kurang maksimal. \"Sebenarnya banyak pengunjung pas hari libur terutama, tapi sayang kalau penuh parkir, mereka sudah tidak jadi,\" jelasnya. Nasi lengko sendiri merupakan makanan khas yang memiliki cita rasa bumbu kacang, kecap dan kucai. Selain itu, ada pula nasi bogana. Menu Nasi Bogana merupakan makanan khas keraton, yang kini dikemas dalam bentuk konsep Pawon Bogana. Ide ini digagas oleh Sultan Kacirebonan, Sultan Abdul Ghani untuk menarik wisatawan dan memadukannya dengan wisata kuliner. Menurut Sultan, Pawon Bogana sendiri sudah beroperasi dua minggu belakangan ini. Jam buka biasanya bada magrib pukul 18.00 hingga 22.00 WIB. \"Sengaja karena pada siang hari banyak pengunjung dan wisatawan ke keraton. Jadi, konsep kita bagaimana cara wisatawan bisa menikmati keraton pada malam hari dengan menjadi tempat nongkrong, sekaligus mengenal cagar budaya,\" jelasnya kepada Radar, Rabu (19/8). Tentu saja, karena baru awal beroperasi, masih ada hal yang harus dibenahi ke depan. Terutama untuk lampu penerangan. Namun demikian, walaupun baru dibuka, sudah banyak masyarakat yang berkunjung ketika melihat ada Pawon Bogana di depan Keraton Kacirebonan. Memang, untuk menikmati kuliner khas keraton, pengunjung disediakan bangku di depan halaman keraton dan juga lesehan. Sultan Abdul Gani menyebutkan, ke depan secara bertahap pihaknya akan terus mengembangkan wisata di Keraton Kacirebonan. Pawon Bogana merupakan salah satunya. Diharapkan, ini bisa menarik jumlah wisatawan ke Cirebon. \"Di samping juga kita nantinya dari hasil ini, bisa untuk menambah biaya operasional keraton,\" jelasnya. Uniknya, menu Nasi Bogana ternyata disukai oleh wisatawan keturunan Tionghoa. Baru beberapa hari dibuka, banyak warga keturunan Tionghoa datang ke keraton untuk mencicipi Nasi Bogana. \"Kalau ini berjalan lancar. Kita ingin juga ada penampilan seni dan musik tradisional ditampilkan di malam hari untuk mengiringi pengunjung menikmati kuliner keraton,\" jelas Sultan. Sultan menjelaskan, Nasi Bogana itu pada awalnya diartinya sebagai nasi seadanya. Makanan ini diracik dengan aneka ragam bumbu seperti kelapa, kunyit, tahu, telur, daging ayam, dan bumbu rempah-rempah lainnya. \"Lebih condong seperti nasi kuning tapi dengan bubuk kelapa. Kunyit juga berkhasiat untuk menghangatkan tubuh,\" sebutnya. Nasi Bogana juga biasanya selalu dihidangkan saat acara tradisi suraan, rajaban, dan syabanan. \"Dengan hadirnya ini, masyarakat jadi tahu, sehingga kuliner keraton ini tidak punah,\" kata Sultan. Tidak menutup kemungkinan, selain menu Nasi Bogana, bakal hadir juga menu tradisional Cirebon lainnya. Seperti empal gentong, tahu gejrot, sega bancakan dan lainnya. \"Kita pelan-pelan saja. Saat ini hanya bisa manual saja, ke depan mudah-mudahan bisa profesional,\" ucapnya. Menurut Sultan, denyut wisata di Kota Cirebon sebenarnya sudah terasa. Hal ini bisa dilihat jika di malam hari, masih banyak warga yang berlalu lalang. Hal ini harus dimanfaatkan, jangan sampai hanya jadi penonton saja. Untuk itulah ini menjadi inisiatif yang digulirkan Keraton Kacirebon dalam rangka memajukan pariwisata di Kota Cirebon. \"Insyallah bulan depan juga kita akan undang artis ibu kota ke Keraton Kacireboan, dalam rangka promosi wisata dan budaya,\" kata Sultan. Dengan hadirnya Pawon Bogana ini, untuk memadukan wisata kreatif dengan pariwisata keraton. Kepala Bidang Pariwisata Disporbudpar Kota Cirebon, H Edi Tohidi SE MM mengatakan, potensi kuliner di Cirebon sudah cukup untuk menarik wisatawan. Hanya saja, saat ini perlu adanya peningkatan pelayanan, baik dari pemerintah, masyarakat dan para pelaku usaha. \"Kuliner sudah cukup banyak, ini potensial untuk menarik wisawatan. Tapi itu juga dibarengi dengan pelayanan, sehingga wisatawan nyaman dan betah berkunjung ke Cirebon,\" jelasnya. Ia yakin potensi kuliner ini bisa menggenjot jumlah wisatawan ke Kota Cirebon. Menurut Edi, Kota Cirebon lebih pesat perkembangannya menjadi Kota Perdagangan dan Jasa. Namun ia berharap hal ini bisa diimbangi dengan perkembangan di sektor pariwisata dan kebudayaan. \"Ya kita inginnya kita bangun sama-sama ke depan supaya seimbang, selain perdagangan dan jasa, juga pariwisatanya bisa maju. Sebab sektor pariwisata ini akan berdampak pada sektor lain,\" ujarnya. (jamal suteja/foto: ilmi yanfa\'unnas)    

Tags :
Kategori :

Terkait