Berpotensi Jadi Wisata Bahari
Indonesia menasbihkan diri akan menjadi kekuatan poros maritim dunia. Hal ini dilakukan dengan penguatan kebijakan tentang kemaritiman. Kota Cirebon dengan potensi alam yang ada, harus memaksimalkan potensi eko wisata bahari. Jika Pemerintah Kota (Pemkot) Cirebon tidak mampu secara pendanaan, dapat melibatkan pihak ketiga sebagai investor.
DEKAN Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Cirebon, Drs Asep Kostajaya MSi Kota Cirebon terkenal sebagai kota pelabuhan sejak 600 tahun lalu. Posisinya menjadi jalur strategis untuk persinggahan perdagangan saat itu. Kejadian tersebut membekas dengan peninggalan dan sejarah.
Secara geografis, ujar Asep, pantai di Kota Cirebon dapat menunjang wisata bahari Indonesia sebagai poros maritim. Pria yang tengah menyelesaikan S-2 Kelautan dan Perikanan Universitas Diponegoro (Undip) Semarang ini menjelaskan, untuk sampai pada tahap itu memang perlu kajian.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 tahun 2014 perubahan atas Undang-Undang Nomor 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, disebutkan ekosistem laut harus dikonservasi secara berkelanjutan oleh pemerintah daerah. Hal ini yang mendorong keharusan untuk memiliki wisata bahari sebagai bentuk upaya tersebut. Sekaligus menimbulkan efek lain dalam pembangunan berkelanjutan. Dengan ekowisata mangrove atau bentuk wisata bahari lainnya, akan terjamin keberadaan, kesinambungan dan ketersediaan sumberdaya pesisir, dengan tetap meningkatkan kualitas nilai dan keberagamannya. Bila dikaitkan dengan UU Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistem, perlu langkah strategis agar pemanfaatan potensi maritim nusantara berintegrasi pada peningkatan ekonomi masyarakat.
Terkait hal ini, Kawasan Pesisir Kesenden, lanjutnya, dapat menjadi eko wisata bahari yang memiliki manfaat selain wisata. “Perekonomian warga dapat terangkat. Terlebih dengan adanya Tol Cipali. Kota Cirebon menjadi kota tujuan, bukan lagi sekadar transit,” ujar Asep.
Untuk anggaran pengembangan wisata bahari Kesenden, dapat melibatkan pihak ketiga seperti di beberapa tempat lain. Mangrove menjadi salah satu alternatif yang dapat dijadikan daya tarik wisata bahari. Selain sebagai tempat hidup biota laut, mangrove ternyata bisa dijadikan berbagai macam olahan. Mulai dari bahan batik, dodol, krupuk dan sebagainya.
Anggota Komisi C DPRD Kota Cirebon Jafarudin mengatakan, potensi Kesenden sudah disampaikan dalam beberapa forum sejak beberapa tahun lalu. Politisi Hanura yang tinggal di pesisir Kelurahan Kesenden ini menjelaskan, mulai sebelum menjabat sebagai anggota dewan, dia mengikuti perkembangan Kesenden. Bahkan, setelah menjadi wakil rakyat di parlemen, dia memilih komisi C karena membidangi budaya dan wisata. Jafarudin menyarankan agar Dinas Pemuda Olahraga Budaya dan Pariwisata (Disporbudpar) Kota Cirebon mengusulkan pesisir Kesenden sebagai obyek wisata bahari.
Keinginan menjadikan pesisir Kesenden sebagai kawasan wisata bahari mendapatkan dukungan dari masyarakat. Dengan menjadikan kawasan pesisir Kesenden menjadi obyek wisata bahari, Jafarudin yakin perekonomian masyarakat dan pemasukan Pedapatan Asli Daerah (PAD) semakin meningkat. Tidak hanya itu, penanganan Pedagang Kaki Lima (PKL) dapat terintegrasi dengan obyek wisata tersebut. “Saya berharap Kesenden bisa menjadi kawasan wisata bahari,” ucapnya.
Komunitas Peduli Sungai dan Pantai Pesisir, Lukman Santoso mengatakan, langkah kongkrit dukungan agar Kesenden menjadi wisata bahari, dengan membersihkan sungai dan pantai, khususnya kawasan pesisir Kesenden. “Kami sudah usulkan ke almarhum Pak Ano (Walikota Ano Sutrisno) untuk menjadikan Kesenden kawasan wisata bahari. Beliau setuju. Saya berharap walikota sekarang (Nasrudin Azis) mewujudkan itu,” ucapnya. (ysf)