Pemadaman Gagal, Asap Makin Pekat

Sabtu 26-09-2015,09:00 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

Menteri Singapura Keluhkan Pernyataan dari Pejabat Indonesia JAKARTA- Kepungan asap di Sumatera bagian selatan dan Kalimantan kian pekat. Warga di wilayah mulai Jambi, Palembang, hingga Pontianak kini mulai apatis atas upaya menghilangkan asap yang menyakiti mereka sebulan lebih. Kemarahan juga mulai muncul dari negara tetangga Singapura. Asap di Provinsi Jambi, khususnya di Kota Jambi, seharian kemarin sangat pekat. Menurut Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Provinsi Jambi Nurangesti, jarak pandang dari pagi hingga sore tidak lebih dari 500 meter. ”Siang pukul 11.00 hingga 12.00 adalah jarak pandang paling pendek, yakni 200 meter saja,” ujar Nurangesti kepada Jambi Eskpres (Radar Cirebon Group), kemarin. Untuk polusi udara di Jambi, berdasar alat pengukur pencemaran udara di Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Provinsi Jambi, saat pagi indeks standar pencemaran udara (ISPU) sangat tinggi. Puncaknya adalah pukul 11.00, yakni ISPU mencapai angkat 535 ppm. “Itu berarti, udara di Kota Jambi sangat berbahaya,” tambah Nurangesti. Lapisan asap makin tebal juga terjadi di wilayah Sumatera Selatan (Sumsel). Sumatera Ekspres (Radar Cirebon Group) melaporkan, meski upaya pemadaman telah dilakukan maksimal, melibatkan Kostrad dan Marinir, asap yang menyelimuti Bumi Sriwijaya kian tebal. Terpantau oleh satelit Modis (Terra dan Aqua), pukul 07.00 WIB kemarin (25/9), ada 1.585 titik api (hot spot) di wilayah Sumsel. “Ini yang terbanyak,” kata Kasi Observasi dan Informasi BMKG Bandara SMB II Palembang Agus Santosa. Asap dari hot spot sebanyak itu tersebar ke area yang cukup luas. Asap tidak hanya menyebar ke beberapa provinsi lain di Sumatera, tapi juga negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura. “Ini dipantau dari citra satelit Himawari tadi pagi (kemarin, red),” ungkap Agus Santosa. Bagaimana dengan jarak pandang? Berdasar pengamatan dari Bandara SMB II Palembang, jarak pandang pada pukul 04.30 WIB 600 meter, lalu pukul 05.00 WIB turun menjadi 500 m, turun kembali pada pukul 06.00 WIB menjadi 200 m. Pencemaran kualitas udara Sumsel juga sudah melampaui level berbahaya. Particulate matter (PM10) mencatat angka 946. “Ini berarti di atas level bahaya. Warga yang keluar rumah harus pakai masker,” imbuhnya. Sebelumnya Gubernur Sumsel Alex Noerdin menjanjikan permasalahan asap selesai pada 23 September 2015. Tapi, kemarin dia tak mau banyak komentar. “Kami sudah berupaya mati-matian soal asap, tapi ternyata semakin pekat dan lahan terbakar semakin banyak,” tuturnya. Kabut asap yang kian pekat juga menyelimuti Kota Pontianak dan sekitarnya. Kondisi itu membuat Bandara Internasional Supadio, Pontianak, tidak layak untuk penerbangan. Banyak maskapai yang mengalami delay, bahkan harus membatalkan jadwal. Permasalahan asap juga mulai menjadi duri dalam hubungan antara Indonesia dan Singapura. Baru dalam bencana tahun ini pemerintah Singapura mengeluarkan larangan sekolah dan mengkritik pernyataan petinggi Indonesia soal dampak yang diterima. Menurut lansiran media Singapura, Straits Times, Singapura memutuskan untuk meliburkan sekolah dasar dan menengah kemarin (25/9) hingga Minggu (27/9) karena alasan kesehatan. Kebijakan menutup kegiatan pendidikan itu diakui kali pertama dilakukan pemerintah Singapura, meski setiap tahun terdampak asap. Beberapa ujian yang seharusnya diadakan sekolah pun akhirnya ditunda. “Keputusan ini terpaksa kami ambil karena tidak ingin membahayakan anak-anak atas kemungkinan kondisi asap yang semakin buruk,” ujar Menteri Pendidikan Singapura Heng Swee Keat, Kamis malam (25/9). Meski begitu, kegiatan ekonomi tetap dibiarkan berjalan seperti biasa. Hingga saat ini, pemerintah Singapura terus mengambil langkah preventif seperti menyediakan masker untuk mereka yang membutuhkan. Di tengah kondisi Singapura yang semakin panik, pemerintah Negeri Singa itu pun mulai mengeluarkan protes terhadap sikap pemerintah Indonesia. Menteri Luar Negeri Kasiviswanathan Shanmugam menyatakan tersinggung atas pernyataan salah seorang petinggi Indonesia yang menganggap remeh situasi. “Saya bisa merasakan efek asap yang tak sehat ini. Saya batuk-batuk dan mata saya gatal. Pemerintah Singapura menganggap hal ini serius. Meski pemerintah Indonesia sudah mengambil langkah, saya terkejut dengan ucapan salah seorang pejabat tinggi di Indonesia yang seakan tidak memperhatikan rakyat kami, bahkan rakyat mereka sendiri,” tegasnya dalam unggahan di media sosial, Kamis (24/9). Pernyataan tersebut, tampaknya, mengacu pada ucapan Wapres Jusuf Kalla (JK). Dalam pernyataan yang beredar di media, JK mengaku tidak perlu mengucapkan maaf kepada Singapura terkait dengan dampak asap. Sebab, Singapura dinilai juga sudah menikmati udara hasil hutan Indonesia selama 11 bulan tanpa mengucapkan terima kasih. Baru sebulan mereka sudah ribut menge­luh. “Bagaimana dia bisa menya­takan itu tanpa rasa malu atau tanggung jawab?”ucap Shanmugam. (jpg/kim)

Tags :
Kategori :

Terkait