Pabrik Bulu Mata Minta Dinsosnaker Turun Tangan KUNINGAN - Peluang bekerja di perusahaan penanaman modal asing (PMA), sebenarnya terbuka lebar dan tak perlu jauh merantau hingga luar Kabupaten Kuningan. Salah satunya di PT Utama Korindah, perusahaan penghasil bulu mata yang berada di Desa Ciomas, Kecamatan Ciawigebang. Perusahaan ini membutuhkan setidaknya 2.000 karyawan baru tanpa memandang pendidikan, usia dan pengalaman. Untuk upah sendiri, manajemen perusahaan sudah menyesuaikannya dengan upah minimum kabupaten (UMK). Sayangnya, minat masyarakat untuk bekerja di perusahaan itu cukup minim. General Manager (GM) PT Utama Korindah, Yansangan Hutabarat menjelaskan jika perusahaannya kesulitan merekrut tenaga kerja baik dari sekitar Kuningan maupun dari daerah tetangga. Dari kebutuhan 2 ribu pegawai saat ini, hanya 300 saja yang terisi. Ada juga pekerja yang berasal dari daerah tetangga. Karena kurangnya jumlah karyawan, hasil produksi akhirnya tidak bisa ditingkatkan. Padahal pesanan bulu mata dari Eropa dan Amerika sangat tinggi. Untuk menyiasatinya, pegawai yang ada diminta untuk lembur sesuai kemampuan. “Bagi warga yang membutuhkan pekerjaan, sebenarnya tak perlu jauh-jauh ke luar kota. Cukup datang ke pabrik ini membawa lamaran, dan punya niat yang kuat untuk bekerja, maka akan kami terima. Tak butuh keahlian, pendidikan, atau usia, asalkan wanita akan kami terima bekerja di sini. Sayangnya, hanya sedikit masyarakat yang melamar bekerja di perusahaan ini. Kami sendiri tidak tahu penyebabnya. Terkait soal upah kerja, kami menyesuaikannya dengan UMK, dan juga ada jaminan sosial lainnya sesuai ketentuan,” tegasnya. Pria asal Medan, Sumatera Utara itu menyindir peran Dinas Sosial dan Tenaga Kerja (Dinsosnaker) Kabupaten Kuningan yang dianggapnya tidak maksimal. Menurut dia, sejak pabrik ini berdiri, Dinsosnaker belum pernah melakukan peninjauan apalagi pembinaan. Padahal perusahaannya membutuhkan pembinaan dari lembaga pemerintah terutama dalam upaya merekrut tenaga kerja dari penduduk lokal. “Setahu saya Dinsosnaker belum pernah mengunjungi pabrik ini. Tolong bantu kami untuk perekrutan tenaga kerja,” ujarnya. Misalnya, sambung dia, ketika Dinsosnaker membuka job fair atau lowongan pekerjaan, perusahaannya minimal dihubungi untuk diajak ikut serta. Tapi sampai beberapa kali ada job fair, perusahaannya belum pernah diajak oleh Dinsosnaker. “Padahal kami sangat membutuhkan tenaga kerja, yang benar-benar mau bekerja. Kerja di sini sama sekali tidak membutuhkan keahlian atau pendidikan. Kalau Dinsosnaker mengajak kami ikut di bursa job fair, tentu kami akan ambil bagian. Sekalian mempromosikan perusahaan dan merekrut tenaga kerja. Ingat, kami membutuhkan ribuan tenaga kerja,” papar Janhansan. Dia juga menuturkan jika pabrik yang dipimpinnya sama sekali tidak memakai mesin, semuanya dilakukan manual. Mulai dari memilah rambut, menganyam hingga proses finishing semuanya dilakukan manual. “Bisa disebut perusahaan kami ini adalah perusahaan padat karya, yang lebih mengutamakan tenaga kerja ketimbang mesin. Sebab saat mengerjakan bulu mata, dibutuhkan ketelitian dan kesabaran. Dan itu tidak bisa dilakukan oleh mesin. Untuk bahan baku bulu mata yakni rambut didatangkan dari Probolinggo karena kualitasnya bagus dan stok banyak,” terangnya. Salah seorang pegawai, Uning (18) asal Kabupaten Ciamis mengaku belum lama bekerja di perusahaan tersebut. Uning bersyukur bisa diterima bekerja dan bisa membantu orang tuanya. “Selain saya, ada beberapa teman dari Ciamis yang bekerja di sini. Tugas saya membentuk bulu mata. Pekerjaan yang saya lakoni ini kelihatannya ringan tapi membutuhkan ketelitian. Salah motong sedikit saja hasilnya tidak bagus. Untuk soal upah, tidak ada masalah karena sesuai UMK,” ucap gadis berambut sebahu tersebut. (ags)
Butuh Ratusan Pegawai
Minggu 11-10-2015,18:57 WIB
Editor : Harry Hidayat
Kategori :