Kesehatan Jiwa Harus Diperhatikan

Minggu 11-10-2015,19:14 WIB
Reporter : Harry Hidayat
Editor : Harry Hidayat

Ada satu peringatan penting di bulan Oktober. Selain Hari Kesaktian Pancasila, Hari Batik Nasional, dan Hari Tentara Nasional Indonesia ada juga Hari Kesehatan Jiwa yang diperingati setiap 10 Oktober. Data Badan Kesehatan Dunia PBB (WHO) pada 2013 sekitar 25 persen populasi dunia menderita gangguan jiwa. Hal ini diartikan satu dari empat penduduk dunia menderita gangguan jiwa. Untuk itu WHO telah mencanangkan Hari kesehatan jiwa dunia setiap tanggal 10 Oktober. Pada tahun 2015, tema Hari Kesehatan Jiwa yakni Dignity in Mental Health, yang maknanya pemerintah dan masyarakat diminta memandang kesehatan jiwa sebagai hal penting, penanganan kepada mereka yang sakit jiwa pun harus memadai dan manusiawi. Di sosial media seperti Twitter World Mental Health Day pun menjadi trending topic. Masyarakat kota besar harus memiliki mental yang kuat. Jika tidak, maka mental mereka bisa sakit. Hal itu diutarakan Putra Satria, mahasiswa di salah satu perguruan tinggi Cirebon. Putra menyebutkan masyarakat rentan sakit jiwa karena tekanan mental, psikologis dan emosional. \"Mulai dari tekanan ekonomi, daya saing, dan sebagainya,\" ujarnya. Menurut Putra, kesehatan jiwa bisa disebut juga dengan kesehatan mental. Kesehatan jiwa bentuk terwujudnya keserasian antara fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian diri antara manusia dengan dirinya dan lingkungannya. \"Tentu yang berlandaskan nilai-nilai keyakinan (agama), serta bertujuan untuk mencapai hidup yang bermakna dan bahagia,\" tambahnya. Putra berharap dengan adanya peringatan hari kesehatan jiwa, masyarakat harus lebih peka terhadap masalah kesehatan jiwa dan gangguan jiwa. Karena masalah kesehatan jiwa perlu perhatian dan ditanggulangi dengan serius. \"Gaya hidup sehat dan pola hidup yang sesuai dengan landasan agama tampaknya menjadi penting bagi manusia. Nah, peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia ini perlu mendapat dukungan yang seluas-luasnya oleh setiap lapisan masyarakat,\" harapnya. Sementara psikolog, Anna Rosiana SPsi, masalah kesehatan jiwa yang paling sering terjadi adalah depresi. Dijelaskan, depresi adalah gangguan suasana perasaan yang banyak terjadi di berbagai lapisan masyarakat. Tua muda, kaya miskin, dari berbagai macam tingkatan sosial dan latar belakang pendidikan mempunyai risiko yang sama untuk mengalami depresi. Risiko ini semakin besar pada pasien yang mengalami gangguan medis terutama gangguan medis kronis seperti kanker, kencing manis, stroke dan gangguan reumatik. \"Gejala yang sering dialami pasien yang mengalami depresi adalah suasana perasaan yang menurun atau depresif, tidak bergairah melakukan sesuatu, kelelahan fisik dan rasa putus asa. Pasien juga sering mengalami gangguan konsentrasi, kesulitan tidur, nafsu makan yang berubah dan juga bisa mengalami keinginan bunuh diri,\" terangnya. Beban sosial dan ekonomi yang dirasakan oleh pasien depresi dan keluarganya, kata Anna, memang tidak banyak diteliti di Indonesia. Sebagai praktisi dalam praktik sehari-hari, Anna melihat langsung apa yang dirasakan pasien depresi dan keluarganya. \"Betapa beban ekonomi kadang terasa berat dirasakan pasien yang mengalami depresi. Ini akibat tidak produktifnya pasien karena gejala-gejala depresi yang berat,\" tuturnya. Anna menambahkan, pengobatan yang sesuai dan tepat harus dilakukan segera bagi pasien yang mengalami gangguan kesehatan jiwa. Tentunya ini diawali dengan suatu diagnosis yang baik. Ia berharap di peringatan Hari Kesehatan Jiwa ini pemerintah Indonesa juga harus terus menerus memberikan perhatian kepada warga negaranya yang menderita gangguan jiwa berat. \"Dan sebagai warga negara yang baik, kita juga harus senantiasa menjaga kesehatan jiwa dan batin yang jernih. Hal itu dapat saling membantu untuk membangun Indonesia yang lebih beradab, lebih sopan, santun, dan manusiawi,\" harapnya. (mike dwi setiawati)

Tags :
Kategori :

Terkait