Lebaran Rp80 Ribu, Sekarang Rp5 Ribu

Rabu 21-10-2015,14:42 WIB
Reporter : Harry Hidayat
Editor : Harry Hidayat

Harga Cabai Merah Anjlok, Petani Merugi MAJALENGKA - Setelah harga cabai merah meroket pasca lebaran Idul Fitri yang mencapai Rp80 ribu per kilogram, kini harga komoditas pertanian tersebut terjun bebas. Di tingkat petani saja seperti di Kecamatan Kertajati harganya di bawah Rp5.000, bahkan beberapa petani menjual Rp2.000 per kilogram. Para petani mengaku kondisi itu berlangsung sebulan terakhir ini. Akibatnya, banyak areal tanaman cabai merah di Kecamatan Kertajati tidak dipelihara lagi karena biaya pemeliharaan tidak akan sebanding dengan harga jualnya alias merugi. Tarkani, petani asal Desa Sukamulya Kecamatan Kertajati mengatakan harga jual cabai merah tahun ini adalah yang terendah dibanding tahun-tahun sebelumnya. Padahal beberapa tahun lalu petani selalu meraup keuntungan besar dari bertani cabai, sehingga petani di Desa Sukamulya dan Pasiripis yang menjadi sentra cabai setiap tahun berupaya menanam selepas musim panen pertama. “Harga cabai tahun kemarin mencapai Rp50 ribu per kilogram di tingkat petani, kalaupun turun hanya di kisaran Rp15.000 per kilogram. Sekarang di pasar-pasar saja hanya berkisar Rp3 ribuan, boro-boro balik modal. Sekarang harga benar-benar hancur dan semua petani mengalami kerugian,” keluh Tarkani kepada Radar kemarin (20/10). Sementara Suharna, petani asal Desa Pasiripis mengutarakan harga tertinggi di tingkat petani tahun ini hanya mencapai Rp22 ribu per kilogram. Itu terjadi awal September, setelah itu harga terus merosot hingga Rp2.000 per kilogram untuk cabai merah super. Sedangkan cabai hijau hanya Rp1.000 per kilogram. Harga yang tidak akan menutupi biaya produksi maupun untuk upah para pekerja. “Untuk menanam cabai yang hampir dua bau, seluas satu bau di antaranya sudah dipanen empat kali. Satu bau lagi belum dipanen sama sekali dan kini sudah sebulan dibiarkan tak dipelihara, biarin sajalah tidak menguntungkan juga kalau dipanen. Biaya produksi untuk satu bau (500 bata) Rp15 juta, rinciannya untuk sewa traktor, upah kerja, pupuk dan obat-obatan. Belum lagi untuk sewa pompa air karena irigasi sudah kering jadi harus mompa ke sungai,” jelasnya. Camat Kertajati Amin Aminudin SSos MM menuturkan, areal tanaman cabai di Sukamulya dan Pasiripis mencapai kurang lebih 100 hektare. Setelah tanam padi dan musim panen pertama, para petani kemudian menanam cabai merah atau semangka. Karena kawasan tersebut hampir seluruhnya sawah tadah hujan. Sistem pengairan saat kemarau seluruhnya menggunakan pompa air dan sumur pantek. “Anjloknya harga cabai merah, menurut perkiraan saya kemungkinan karena panen raya di sejumlah daerah. Sehingga pasokan dari petani melimpah di pasaran, dan mengakibatkan harganya jatuh. Kita upayakan bantuan penyuluhan dari UPTD Pertanian maupun PPL, untuk antisipasi kejadian ini tidak berulang di tahun depan. Apakah dengan sistem tanam cabai berjadwal atau tanam selingan selain cabai setelah panen padi pertama,” pungkas Amin. (gus)

Tags :
Kategori :

Terkait