Alat Musik Tanah Liat Jelajah Eropa

Jumat 23-10-2015,20:12 WIB
Reporter : Harry Hidayat
Editor : Harry Hidayat

Lebih Dekat dengan Grup Band Hanyaterra Apa jadinya kalau alat musik sebuah band terbuat dari bahan tanah liat? Mulai dari gitar, alat tiup, hingga alat pukul. Cuma Hanyaterra yang punya. LAHIR dari kegelisahan dan membuat karya seni dari kerajinan lokal, Hanyaterra hadir di tengah industri musik Indonesia. Beranggotakan Tedi En (vocal, gitar, octarina), Iwan Maulana (bass, backing vocal), Ahmad Thian Vultan (Perkusi: sadatana, backing vokal), Hanyaterra lahir dan dibesarkan oleh genteng di Jatiwangi yang masih tetap bertahan sebagai sentra produksi genteng di Indonesia. Semua alat musik yang digunakan terbuat dari genteng, mulai dari gitar, bass hingga alat tiup gesek dan pukul. Kenapa Hanyaterra? Ternyata makna katanya berasal dari Hanya dan Terra, Terra dari bahasa kuno Yunani yang artinya tanah. Jadi Hanyaterra adalah hanyatanah. Grup band yang terbentuk sejak 2010 ini berdiri di bawah naungan komunitas seni Jatiwangi Art Factory (JAF), sebuah komunitas seni yang lahir pada tahun 2005 dan rajin melahirkan karya seni dari sebuah kajian kehidupan lokal. Pada bulan Oktober 2014, Hanyaterra melaksanakan tour di Polandia. Kemudian pada April 2015, Hanyaterra meluncurkan sebuah mini album (EP) bertajuk “Janji Tanah Berani”. Ada enam lagu di dalamnya yang menceritakan kehidupan Jatiwangi dahulu hingga sekarang. Janji Tanah Berani dalam pengemasannya merangkul pengalaman dan harapan para pemuda Jatiwangi, dibuka dengan narasi sejarah alternatif Jatiwangi dan musik keramik. \"Seperti yang diketahui Jatiwangi adalah daerah yang dikenal dengan perajin genteng dari tahun 1905 hingga kini. Sebanyak 80 persen warga Jatiwangi memproduksi genteng, sekiranya terdapat 200 pabrik genteng yang berada di Jatiwangi,\" ujar Ahmad Thian Vultan salah satu personel Hanyaterra. Kehidupan Jatiwangi dengan pabrik genteng ternyata memberi kesan musikal, karena selalu ada bebunyian yang seksi dan menarik dari proses pembuatannya. Apalagi, saat musim hujan selalu terdengar rintikan air hujan yang beradu pada genteng menciptakan harmoni tersendiri. Situasi tersebut yang membuat Hanyaterra makin bersemangat untuk mengeksplorasi genteng, membuat gitar dan bass dari genteng, membuat musik dari bahan baku tanah liat. Tambur gerabah, ocarina, piring keramik, gamelan genteng, ceramic bowl, kereweng hingga sadatana. Yang kini menjadi teman baik Hanyaterra dalam mencipta musik. \"Ternyata apa yang dilihat dan didengar dengan penuh cinta itu menjadi sebuah inspirasi atau kehidupan. Saat proses pembuatan genteng ada perpaduan olah tubuh, suara yang sedikit low tidak beraturan. Dengan proses memukulnya dengan alat pukul semacam kayu atau serpihan genteng yang diadukan dengan genteng hasil bakaran, ternyata suara itu menghasilkan perpaduan yang berbeda-beda,\" terangnya. Hanyaterra memiliki sebuah program pada tiga tahunan yaitu ceramic music festival. Pada 11 November mendatang, Hanyaterra akan membuat sebuah komposisi suara tanah dan genteng bersama 5.000 warga Jatiwangi dari berbagai elemen masyarakat. Kemudian pada 28 November, Hanyaterra akan menyajikan lagu-lagunya di acara Musik Sore di Gua Sunyaragi Cirebon. Pada 2016, Hanyaterra memiliki sebuah program tour di beberapa negara di antaranya Jepang, Cheko, Belanda, Australia dan akan menyempurnakan album di Polandia. \"Apa yang kita lakukan intinya ingin mengajak anak muda, generasi baru untuk mengolah tanah menjadi lebih kekinian, yang tentunya tetap mempertahankan identitas daerah lewat kreativitas,\" pesannya. (mike dwi setiawati)

Tags :
Kategori :

Terkait