Piala Adipura Lepas Lagi

Rabu 25-11-2015,16:31 WIB
Reporter : Harry Hidayat
Editor : Harry Hidayat

Sampah Tetap Jadi Masalah Utama MAJALENGKA - Impian Kabupaten Majalengka untuk kembali memboyong piala Adipura di tahun 2015 kembai pupus. Hasil penilaian tim Adipura dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tidak menyertakan nama Kabupaten Majalengka sebagai 50 kabupaten dan kota se-Indonesia peraih piala Adipura. Hal itu mengulang capaian yang sama dengan tahun sebelumnya (2014), dan terakhir kali Majalengka meraih piala Adipura pada tahun 2013. Artinya, selama dua tahun berturut-turut upaya maksimal yang telah dilakukan seluruh stakeholder belum membuahkan hasil untuk meraih prestasi tersebut. Kabid Kelestarian Lingkungan, Badan Pengelolaan Lingkungan hidup (BPLH) Drs A Mahmud menjelaskan, lepasnya piala Adipura di luar kuasa pihaknya. Dia mengaku jika segala upaya telah dilakukan beserta stakeholder lainnya untuk membawa pulang kembali piala Adipura ke Bumi Sindangkasih. Dalam program penilaian Adipura tahun 2015 ini, Kabupaten Majalengka mengikuti penilaian kategori kota kecil dan penilaiannya dilakukan dua tahap. Dalam penilaian tahap pertama, Kabupaten Majalengka meraih poin 73,67. Sedangkan passing grade yang ditetapkan panitia untuk meraih piala Adipura ada di angka 75 poin. “Pada penilaian tahap kedua, kita sudah mengerahkan berbagai pembenahan dan perbaikan untuk meraih sedikit lagi poin untuk mencapai nilai di atas passing grade. Tapi walau sudah berupaya maksimal, penilaian ada di tangan dewan juri. Untuk poin penilaian tahap kedua kita tidak diberi tahu dapat berapa, tapi mungkin di bawah passing grade sedikit,” tuturnya kemarin (24/11). Menurutnya, beberapa faktor mendasar yang menjadikan piala Adipura gagal diraih lantaran perilaku masyarakat yang belum memiliki budaya hidup bersih serta belum bersedia mengolah sampah sendiri. Walau demikian, ada pula nilai lebih yang berasal dari pengolahan sampah di TPA, sayang itu tidak mampu mengkatrol penilaian secara keseluruhan. Padahal, pengolahan sampah masyarakat sebetulnya memiliki bobot poin yang cukup besar. Indikator sederhananya bisa ditunjukkan dengan kesadaran masyarakat dalam memilah sampah organik dengan sampah anorganik sebelum dibuang ke tempat sampah. Pemilahan sampah organik dan anorganik di level masyarakat masih cukup rendah. Padahal pihaknya sudah menyediakan sarananya, dengan menempatkan tong sampah secara terpisah antara organik dan anorganik yang ditempatkan di lingkungan warga. Imbauan juga sudah dilakukan, hanya saja memang belum tumbuh kesadaran dari masyarakatnya. Faktor minus lainnya adalah soal kebersihan pasar tradisional. Karena di Pasar Tradisional yang menjadi titik penilaian yakni Pasar Cigasong, volume sampah hariannya sangat tinggi serta pengelolaannya juga belum maksimal. “Soal penataan pasar dan ruang terbuka hijau sepertinya sudah cukup, meskipun ada beberapa hal yang mesti ditingkatkan. Jadi harus ada pembenahan kedepannya,” terangnya. Sementara faktor plus berasal dari pengolahan sampah di TPA. Majalengka sudah bisa mengolah sampah organik menjadi pupuk kompos serta mengolah sampah organik lainnya menjadi gas metana yang sudah diaplikasikan untuk bahan bakar memasak. Namun sayang, nilai plus tersebut sepertinya tidak mampu mengkatrol penilaian secara keseluruhan. (azs)  

Tags :
Kategori :

Terkait