Psikolog: Jika Kesal, Ortu Harus Bisa Kontrol Emosi

Sabtu 05-12-2015,20:01 WIB
Reporter : Harry Hidayat
Editor : Harry Hidayat

LUTFIYAH Febriyola meninggal dunia setelah mendapat perlakuan kasar dari ayah tirinya, TR. Bocah 2 tahun itu meninggal dengan luka lebam di beberapa bagian tubuh, termasuk disundut rokok. Kejadian ini tentu membuat banyak pihak prihatin. Psikolog Cirebon, Felisia Rahmantika MPSi, mengatakan kekerasan pada anak disebabkan karena berbagai faktor. Parahnya, itu biasanya datang dari orang-orang terdekat. Dikatakan, merasa kesal pada anak mungkin adakalnya datang dari orang tua (ortu). Namun, orang tua jangan kehilangan kontrol sehingga mereka melakukan hal-hal yang tidak pantas. Sesibuk apapun seorang ayah atau ibu, kata Felisia, tidak tepat untuk melakukan hal-hal yang menghasilkan sikap buruk pada anak-anak. Terutama dalam tahap-tahap awal, di mana anak-anak sedang dalam pengembangan karakter. Seperti berteriak pada anak-anak jika mereka mengganggu orang tua ketika sedang sibuk. Berteriak pada anak, lanjutnya, jangan dianggap sebagai hal yang umum sebagai bentuk disiplin pada anak-anak. Hal tersebut justru dapat memberikan efek negatif pada anak-anak. “Anak-anak mungkin merasa terasing, tidak diakui, dan sebagainya,\" tambahnya. Oleh karena itu, saran Felisia, sesibuk apapun orang tua, atau seberapa banyak stres yang mereka miliki, harus mampu mengendalikan diri dan memperlakukan anak-anak dengan cara-cara yang baik. Penanganan kasus tindak kekerasan, tegas Felisia, penting dilakukan seadil-adilnya. Artinya, hukum mesti betul-betul ditegakkan. Jika memang terbukti bersalah, para pelakunya mesti diberikan hukuman yang seadil-adilnya. Kekecewaan akan muncul, manakala pelakunya yang jelas-jelas bersalah tetapi dibebaskan. \"Model seperti ini secara psikologi akan justru menimbulkan kekecewaan baru,\" pungkasnya. (mik)

Tags :
Kategori :

Terkait