Konflik Penutupan Irigasi Semakin Memanas

Rabu 06-01-2016,00:27 WIB
Reporter : Harry Hidayat
Editor : Harry Hidayat

KERTASMAYA- Sengketa jatah gilir air pada musim rendeng 2015, kian memanas. Penutupan Saluran Pembuang Cangked oleh masyarakat Desa Guwa Lor, Kecamatan Kaliwedi, Kabupaten Cirebon dan penutupan pintu air Saluran Sekunder Kalen Suda oleh masyarakat Desa Tegalwirangrong, Kecamatan Kertasmaya, Kabupaten Indramayu, berbuntut panjang di musim tanam awal 2016. “Harus cepat diselesaikan secepat mungkin. Yang rugi juga kan dari kedua belah pihak,” ujar Lurah Tegalwirangrong, Udin, kepada Radar. Diungkapkan dia, penutupan Saluran Cangked tidak hanya menghentikan aliran air ke Desa Tegalwirangrong, pasokan air ke Desa Guwa Lor juga bergenti. Imbasnya, kerugian diderita petani dari kedua belah pihak, termasuk petani lain yang mengandalkan pengairan dari kedua saluran tersebut. Di lain pihak, 12 hektare lahan pertanian Desa Tegalwirangrong dan 18 hektare lahan pertanian di Desa Jengkok justru kebanjiran dan tidak bisa memulai musim tanam. Lahan pertanian di dua desa tersebut tergenang karena penutupan saluran pembuang. “Intinya kami siap untuk duduk bersama. Mari kita selesaikan persoalan ini,” tutur dia. Bahkan, Udin mengaku sudah membuka komunikasi dengan Pemerintah Desa Guwa Lor dengan dihadiri Muspika Kertasmaya sendiri dan UPT Pengelola Sumber Daya Air (PSDA) Karangampel. Usai koordinasi, diharapkan masing-masing pemdes bisa meredam warganya agar konflik tidak meluas dan fokus pada upaya penyelesaian. Sayangnya, usai musyawarah justru ada persoalan baru. Pemdes Guwa Lor menginginkan adanya pengurasan Saluran Kalen Suda karena sudah dangkal. Permintaan ini dipenuhi UPT PSDA Karangampel. Usai permintaannya dituruti, ternyata warga di Desa Guwa Lor tetap tidak mau membuka Saluran Pembuang Cangked. “Mereka malah minta dilakukan pengurasan saluran lainnya. Kami turuti tapi masih saja belum di bongkar, sehingga banyak lahan pertanian di wilayah kami mengalami kebanjiran,” bebernya. Kondisi ini, kata dia, tidak menutup kemungkinan bisa menyulut konflik semakin melebar. Pihaknya berharap, muspika dan sejumlah pihak terkait, termasuk Pemerintah Kabupaten Cirebon dan Indramayu membantu penyelesaian masalah ini. Sebab, potensi konflik baru sudah muncul ke permukaan. Masyarakat di Desa Tegalwirangrong sepakat menutup secara permanen Saluran Sekunder Kalen Suda. Tak hanya itu, empat desa di sekitarnya juga menyepakati hal serupa. Petani Blok Bligo, Desa Tegalwirangrong, Warsono mengaku, berharap persoalan ini ada jalan tengah. Semua masalah yang muncul harus diselesaikan tuntas, sehingga tidak ada konflik lain yang berpotensi meledak di kemudian hari. “Kalau sudah tutup menutup pintu air, yang rugi itu petani. Kita tidak bisa tanam, padahal sudah awal tahun,” keluhnya. (oni)

Tags :
Kategori :

Terkait