KUNINGAN - Masyarakat Kecamatan Ciawigebang yang diwakili oleh seluruh kepala desa, tokoh masyarakat, ormas dan organisasi kepemudaan hingga pejabat Muspika mendeklarasikan penolakan terhadap segala bentuk aksi terorisme dan paham radikal, Kamis (21/1).
Bertempat di Aula Kantor Kecamatan Ciawigebang, seluruh komponen masyarakat tersebut mengucapkan ikrar melawan aksi terorisme dan paham radikalisme yang diyakini dapat mengancam persatuan dan keutuhan bangsa. Deklarasi yang dipimpin Camat Ciawigebang Maman Rusmana ini juga sebagai ketegasan sikap menyusul terungkapnya salah satu warga di Desa Ciomas yang tercatat sebagai anggota organisasi terlarang Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar).
\"Kami telah mendeteksi ada salah seorang warga Ciomas yang terlibat organisasi terlarang Gafatar, sehingga kami harus melindungi diri agar tidak terjerumus dalam kelompok tersebut. Dengan deklarasi ini, seluruh komponen masyarakat akan bersatu padu melawan segala bentuk tindak terorisme dan paham radikalisme di Kabupaten Kuningan, khususnya Kecamatan Ciawigebang,\" tegas Maman.
Seluruh komponen masyarakat ini, lanjut Maman, akan bekerja sesuai dengan bidang dan keahliannya menolak paham radikalisme dan terorisme yang membahayakan. Caranya dengan mengedepankan upaya deteksi dini di lingkungan terdekatnya sehingga bisa diceha dan tidak sampai menyebar luas.
\"Contohnya dari perangkat desa yang harus lebih giat menggalakkan lagi siskamling, tamu wajib lapor 1x24 jam dan mendata setiap warga baru yang masuk. Sedangkan dari tenaga pendidik, bisa mengarahkan para siswa didiknya untuk tidak terlibat dalam organisasi terlarang, termasuk juga di tingkat keluarga,\" ujar Maman.
Mengenai keberadaan salah seorang warganya yang terkait dengan organisasi terlarang Gafatar, Maman mengatakan, saat ini pihaknya sudah berkoordinasi dengan pihak kepolisian dan TNI untuk mencari informasi tentang keberadaannya. Warga yang dimaksud adalah Agustiar (33) yang dikabarkan menjabat sebagai Ketua Gafatar Kuningan dan saat ini berada di Kalimantan Barat bersama istri dan anaknya. Maman pun mengaku tidak terlalu khawatir mengingat keberadaan Agustiar sudah sejak Mei 2015 lalu meninggalkan desanya dan diyakini ajaran Gafatar tidak sempat beredar luas di daerahnya. (taufik)