SECARA emosional hubungan allenatore AC Milan Sinisa Mihajlovic dengan Inter Milan Roberto Mancini cukup dekat. Selain pernah satu klub di Sampdoria dan Lazio, mereka menimba ilmu kepelatihan dari ”mata air” yang sama. Adalah Vujadin Boskov yang menjadi inspirasi buat keduanya. Baik Mancini dan Mihajlovic pernah menjadi anak buah pria yang wafat 27 April 2014 lalu pada usia 82 tahun itu. Mancini lebih dulu berada menjadi anak buah Boskov. Pria berusia 51 itu bergabung dengan klub asal Genoa itu mulai 1982 sampai 1997. Bersama Boskov, Mancini merasakan satu-satunya gelar scudetto yang tercatat dalam sejarah klub pada 1990-1991. Seperti diberitakan Football Italia, Mancini mengingat Boskov sebagai sosok pribadi yang membebaskan anak asuhnya dalam bermain. Hal itulah yang coba dijajal bapak tiga anak itu kepada anak asuhnya. ”Kami mungkin bukan pemain bintang atau pemain terbaik Italia saat itu. Akan tetapi kami mengalahkan klub-klub raksasa seperti Milan dan Inter dalam perburuan scudetto musim itu,” ucap Mancini. Sebagai pemain, sosok Mancini memang bengal dan punya ego kebintangan yang besar di Sampdoria saat itu. Namun, semua keras kepalanya itu luluh di tangan Boskov. Pendekatan ala bapak dan anak yang dipakai Boskov pernah diimitasi Mancini ketika menjadi tactician di Manchester City. Hanya di tangan Mancini lah, pemain bengal seperti Mario Balotelli tampil sebagai penurut. Bahkan, Balotelli menjadi aktor penting bagi Mancini memenangi Premier League 2011-2012. Performa apik Balotelli bahkan berimbas di timnas Italia yang kemudian tampil sebagai runner-up di Euro 2012 lalu. Mancini mengagumi cara Boskov memotivasi pemain-pemain muda buat berkembang. Dalam lintasan karir pria asal Serbia itu, dialah yang memberikan panggung pertama buat Francesco Totti di AS Roma pada 1993. Boskov melatih Il Lupi, julukan Roma, musim 1992-1993. Nah, Mihajlovic selalu mengingat Boskov sebagai pelatih yang tak mentolerir kesalahan. Salah satu quote Boskov yang dikenang adalah ”tim pemenang adalah yang paling sedikit melakukan kesalahan.” Meski tak seberuntung Mancini dalam meraih gelar scudetto bersama Boskov, Mihajlovic cukup puas bisa ditangani langsung oleh pelatih sekelas Boskov. ”Kami sama-sama berdarah Serbia. Dan kami tahu bagaimana kekeraskepalaan kami membentuk karakter untuk tak pernah mau mengalah,” tambah Mihajlovic. Dalam aplikasi strategi, Mihajlovic sama dengan Boskov senang dengan dua penyerang. Di era Boskov, Sampdoria punya the deadliest duo, Mancini dan Gianluca Vialli. Itulah yang coba dilakukan Mihajlovic bersama Milan musim ini. Memang sudah ada Carlos Bacca yang produktif dalam mencetak gol. Cuma sampai saat ini, Bacca belum menemukan tandem sepadan. ”Ketika Vujadin (Boskov) meninggal dua tahun lalu, saya sangat kehilangan sosok unik serta panutan dalam sepak bola Italia,” tambah pria berusia 46 tahun itu. (dra/ham)
Adu Ilmu Dua Murid Boskov
Minggu 31-01-2016,14:15 WIB
Editor : Harry Hidayat
Kategori :