SANAA - Rakyat Yaman akhirnya memilih presiden baru sebagai pengganti Ali Abdullah Saleh. Kemarin (21/2) jutaan warga antre memberikan suara dalam referendum yang mengakhiri rezim Saleh. Wakil Presiden Abed Rabbo Mansour Hadi yang menjadi satu-satunya calon pengganti Saleh tampaknya bakal menang secara mutlak.
Tetapi, proses pemilihan presiden baru tersebut diwarnai kerusuhan. Sejumlah bentrok antara pasukan pemerintah dan kelompok separatis terjadi di wilayah selatan kemarin. Empat orang tewas dalam bentrok di berbagai lokasi antara kelompok separatis Southern Movement dan tentara. Baku tembak yang terjadi dekat kantor komisi pemilu di kawasan Dar Saad, Kota Aden, menewaskan seorang bocah laki-laki berusia 10 tahun. Di kota yang sama, separatis menembak mati seorang polisi.
Di Kota Mukalla, tenggara Yaman, separatis menyerang tempat pemungutan suara (TPS) dan menewaskan seorang tentara. ”Militan bersenjata tiba-tiba menyerbu TPS dan terlibat baku tembak dengan aparat,” kata seorang pejabat setempat. Dua anggota separatis berhasil dilumpuhkan oleh petugas dalam baku tembak.
Lantas, bentrok di Provinsi Lahij menewaskan seorang pengunjuk rasa yang menggelar aksi protes memboikot referendum di dekat TPS. ”Tentara menembak mati Fadhl Naser Badie yang sedang duduk bersama pengunjuk rasa lain di TPS Kota Huta,” kata seorang aktivis. Penembakan terjadi saat aparat terlibat baku tembak dengan separatis.
Sejak awal, Southern Movement memang berencana memboikot referendum. Mereka berdalih, referendum yang disponspori Amerika Serikat (AS) tersebut tak menampung aspirasi seluruh rakyat. Terutama, aspirasi kelompok itu yang ingin merdeka dari Yaman. Bahkan, beberapa faksi Southern Movement bertekad membubarkan referendum di berbagai wilayah.
Kendati demikian, referendum berjalan cukup lancar. Saleh yang berjanji pulang ke Yaman saat referendum membatalkan niatnya. Senin malam waktu setempat (20/2), dia menyapa warga melalui pesan tertulis yang disiarkan stasiun televisi. Tokoh 69 tahun yang kini berobat di AS itu mengimbau semua rakyat terlibat dalam referendum yang akan menentukan nasib negeri tersebut.
“Saya ucapkan selamat tinggal pada kekuasaan. Saya akan berada di antara Anda sekalian sebagai warga sipil yang setia mengabdi pada negara, rakyat, dan bangsa ini,” ujar Saleh yang telah memerintah di Yaman selama 33 tahun itu. Saleh berencana kembali ke Yaman setelah referendum selesai.
Kemarin, Hadi terlihat memberikan suaranya di salah satu TPS di Kota Sanaa. Sebelumnya, dia dikabarkan bakal mencoblos di TPS lain. Karena alasan keamanan, lokasi pencoblosan calon presiden Yaman itu dipindahkan ke TPS yang paling dekat dengan kediamannya.
”Ini merupakan lompatan kualitatif bagi Yaman yang modern. Akan terjadi perubahan besar di bidang politik, ekonomi, dan sosial sebagai jalan keluar dari krisis,” tutur politikus 67 tahun itu. Keberhasilan referendum di Yaman bakal menandai akhir krisis politik dengan damai. Yaman akan menjadi negara pertama yang sukses mengatasi revolusi sipil dengan kesepakatan politik. (AP/AFP/RTR/hep/dwi)